Plafon SDN Joyontakan Solo Ambrol, Siswa Terpaksa PTM Bergiliran

Solo –
Plafon salah satu ruang kelas SD Negeri (SDN) Joyontakan, Serengan, Solo, ambrol dan kondisi kelas lainnya mengkhawatirkan karena kayu dimakan rayap. Pihak sekolah terpaksa melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan sistem shift.
“Renovasi terakhir 2005, plafon ambrol Oktober. Sudah mulai PTM kelas 1-6, tetapi karena ada yang ambrol kami tata kembali anak yang masuk PTM karena kelasnya tidak memenuhi,” ungkap Kepala SDN Joyontakan, Supatmi, Selasa (14/12/2021).
Menurutnya, saat ini hanya ada satu ruang kelas saja yang bisa dipakai dengan aman. Sementara, ruang kelas lain kondisinya sudah mengkhawatirkan sehingga tidak dipakai untuk PTM.
“Yang ambrol satu kelas, tapi yang empat kondisinya juga sudah mengkhawatirkan karena kayu dimakan rayap sehingga sekolah tidak berani menggunakannya. Jadi yang dipakai hanya satu kelas saja untuk PTM,” jelasnya.
“PTM dibuat secara shift, pagi dan siang,” imbuhnya.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengecek SDN Joyontakan yang rusak, Selasa (14/12/2021). (Foto: Ari Purnomo/detikcom)
|
Pihaknya saat ini tengah mencari tempat sementara jika nantinya sekolah akan dibangun total.
“Kami masih mencari SD yang lain yang memungkinkan untuk PTM,” ucapnya.
Terkait kondisi itu, Pemkot Solo bakal memperbaiki SDN Joyontakan tahun 2022. Selain itu empat sekolah lain yang kondisinya rusak juga akan diperbaiki.
“Untuk SDN Joyontakan ini menjadi prioritas, DED-nya sudah jadi. Sebenarnya kemarin sudah disiapkan, tapi keburu ada yang rusak,” kata Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka saat meninjau SDN Joyontakan hari ini.
Gibran menyampaikan SDN Joyontakan memang sudah masuk perencanaan untuk pembangunan total.
“Ini memang sudah waktunya untuk dibangun ulang, renovasi terakhir itu tahun 2005. Tahun depan akan dikerjakan dengan program mendahului anggaran, karena anggaran yang kita siapkan kurang,” ucapnya.
Nantinya, sekolah ini akan dibangun dua lantai mengingat luas lahan yang terbatas yakni sekitar 800 meter persegi. Hanya saja, Gibran enggan mengurai besaran anggaran yang disiapkan untuk pembangunan sekolah.
“Untuk lokasi murid sementara kita carikan lokasi lain dulu, yang penting anaknya bisa belajar,” imbuh Gibran.
(rih/sip)