
Pelurusan Mitos Sejarah Wujud Penghargaan untuk Perjuangan Pahlawan

Jakarta –
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat menghadiri acara Monolog dan Diskusi Buku ‘Kepak Cinta Pengawal Langit-Pentingnya Keberanian Bangsa Melawan Sebuah Dusta dan Kebohongan’, di Fort Amsterdam, Leihitu, Maluku, Jumat (5/11).
Dalam kesempatan itu, Lestari mengingatkan soal perjuangan para pahlawan melawan para penjajah. Untuk itu, ia mengajak agar masyarakat dapat meluruskan mitos-mitos soal sejarah sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan mereka.
“Upaya meluruskan sejarah dari mitos adalah wujud penghargaan kita sebagai anak bangsa terhadap para pahlawan yang telah berkorban merebut kemerdekaan,” kata Lestarie dalam keterangannya, Jumat (5/11/2021).
“Fort Amsterdam ini bukti dari gigihnya perlawanan masyarakat Hitu di Ambon dalam melawan penjajah Belanda. Kerajaan Hitu juga pernah bersama Ratu Kalinyamat dari Jepara, melawan Portugis saat berusaha menguasai Nusantara,” imbuhnya.
Lebih lanjut Lestari menjelaskan Ratu Kalinyamat selama ini dianggap sebagai legenda dan ratusan tahun dan diberi gambaran negatif oleh publik. Bahkan, Ratu Kalinyamat disebut sebagai pendendam dan ratu yang menghalalkan segala cara dalam memerangi musuhnya.
Padahal, kata Lestari, penelitian Pusat Kajian Ratu Kalinyamat yang dipimpin Prof Ratno Lukito, menemukan bukti bahwa Ratu Kalinyamat merupakan penggagas konsep poros maritim di Nusantara. Adapun konsep ini digagas lewat pembentukan aliansi dengan sejumlah kerajaan dari Aceh sampai Hitu di Ambon dalam melawan penjajah Portugis.
Terkait hal ini, Lestari menyebut fakta sejarah seperti ini harus menjadi pengetahuan masyarakat luas. Dengan demikian, sejarah bangsa Indonesia dapat dipahami dengan baik. Di samping itu, fakta ini juga dapat meluruskan sejumlah mitos sejarah yang berkembang selama ini.
“Upaya tersebut merupakan bagian dari cara anak bangsa menghormati pengorbanan para pejuang dalam merebut kemerdekaan,” ungkapnya.
Sementara itu, Gubernur Maluku, Murad Ismail menegaskan Fort Amsterdam merupakan tempat bersejarah yang harus dipahami oleh generasi muda. Adapun benteng ini menjadi bukti kemerdekaan Indonesia sudah diperjuangkan secara bersama-sama oleh kerajaan di Nusantara pada masa lalu.
“Karena itu, di masa kemerdekaan ini para generasi muda juga harus secara bersama-sama membangun negeri,” katanya.
Di sisi lain, Guru Besar Universitas Pattimura Ambon, Aholiab Watloly menilai buku ‘Kepak Cinta Pengawal Langit-Pentingnya Keberanian Bangsa Melawan Sebuah Dusta’ karya Dr. Connie Rahakundini Bakrie ini mengajak pembaca untuk mengenal Nusantara dengan cinta.
Buku ini, kata Aholiab, juga mengungkapkan Indonesia memiliki pejuang perempuan yang ikut berperan dalam merebut kemerdekaan karena rasa cinta terhadap Tanah Air.
“Dalam buku ini pembaca diberi pesan bahwa cinta itu harus diperjuangkan, tanpa perjuangan cinta hanya isapan jempol belaka,” ujarnya.
Senada dengan Aholian, Dosen Universitas Paramadhina, Luthfi Assyaukanie berpendapat buku ini berbicara tentang cinta para pejuang perempuan dan sejarah Nusantara di masa lalu. Menurut Lutfy, buku ini menyajikan penyajian yang cukup menarik bagi pembaca.
“Apalagi dalam buku tersebut juga tertuang ide-ide besar dan catatan kejayaan sejarah Nusantara di masa lalu,” ungkapnya,
Vice President Oic Youth, Diskah Resha Putra pun menilai buku karya Connie ini banyak memuat catatan sejarah pejuang perempuan yang belum banyak diketahui masyarakat. Salah satunya kisah Ratu Shima dan Ratu Kalinyamat.
Selain itu, kata Diskah, buku ini juga mengulas masalah pertahanan negara yang sangat penting untuk diketahui generasi muda. Menurutnya, anak muda harus memahami besarnya pengorbanan para pejuang di masa lalu.
“Tanpa andil para pejuang, kami sebagai generasi muda tidak ada di sini,” pungkasnya.
Diketahui, dalam acara tersebut turut hadir Irjen. Pol. (Purn) Prof. Drs. Murad Ismail, S.H.M.H (Gubernur Maluku), Prof. Dr. Aholiab Watloly S.Pak, M.Hum (Guru Besar Universitas Pattimura Ambon), Dr. Connie Rahakundini Bakrie (Analis Militer dan Pertahanan), Bara Pattyradja (Penyair Indonesia), Luthfi Assyaukanie, PhD (Dosen Universitas Paramadina) dan Diskah Resha Putra, S.T., M.Han (Vice President Oic Youth).
(akn/ega)
Pelurusan Mitos Sejarah Wujud Penghargaan untuk Perjuangan Pahlawan
