Stres Gara-gara Pemilu, Mungkinkah Kena PTSD? Ini Faktanya

Jakarta

Risiko gangguan mental dapat meningkat jika hasil pemilu yang digelar Rabu (14/2/2024) tidak sesuai ekspektasi. Namun jika disebut bisa sampai memicu PTSD, tunggu dulu. Dokter meluruskan pemahaman yang keliru.

Dalam bahasa Indonesia, PTSD atau Post Traumatic Stres Disorder dikenal dengan istilah Gangguan Stres pasca Trauma. Jenis gangguan mental ini berhubungan dengan trauma yang terbilang berat.

“Pada umumnya yang dianggap PTSD itu adalah stres atau trauma yang sifatnya mengancam nyawa, yang berpotensi mengancam nyawa,” kata dr Ashwin Kandow, SpKJ dalam perbincangan dengan wartawan, Selasa (13/2/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dicontohkan oleh dr Ashwin, PTSD bisa dialami oleh tentara yang cedera atau menyaksikan rekannya gugur di medan perang. PTSD juga bisa dialami penyintas bencana alam, misalnya tsunami yang memakan banyak korban.

Sedangkan pemilu, menurut dr Ashwin umumnya tidak sampai menyebabkan trauma yang mengancam nyawa. Gangguan mental dalam bentuk stres memang bisa muncul, dan bahkan berkembang menjadi depresi jika tidak tertangani, tetapi umumnya tidak sampai memicu PTSD.

“Tidak perlu dilihat sebagai sesuatu yang mengancam nyawa ya. Menurut saya sih seharusnya tidak sampai PTSD,” tegasnya.

Meski jarang terjadi, PTSD akibat pemilu bisa terjadi pada kondisi yang ekstrem. Misalnya, seperti dicontohkan oleh dr Ashwin, kalah pemilu hingga kehilangan semua harta benda hingga dikejar-kejar debt collector.

“Gejalanya adalah biasanya ada mimpi buruk terkait dengan traumanya, seolah-olah mengalami kembali trauma tersebut. Ada tanda-tanda kecemasan yang meningkat,” papar dr Ashwin, menjelaskan gejala PTSD.

“Itu perlu dibantu. Sulit untuk pulih sendiri. Sangat terbantu bila mendapatkan penanganan yang tepat dari profesional yang kompeten,” tandasnya.

Terima kasih telah membaca artikel

Stres Gara-gara Pemilu, Mungkinkah Kena PTSD? Ini Faktanya