Apa Itu ‘Rebound’ COVID? Dialami Joe Biden 2 Hari Usai Sembuh dari Corona

Jakarta

Presiden Joe Biden mengumumkan dirinya kembali positif COVID-19. Pihak Gedung Putih mengonfirmasi, ini adalah kali kedua dirinya dinyatakan positif usai sebelumnya jejak virus mulai tidak ditemukan saat mengonsumsi paxlovid.

“Presiden Joe Biden di infeksi COVID-19 kali ini tidak melaporkan gejala sama sekali, dan kondisinya sangat baik,” beber dokter Gedung Putih Kevin O’Connor menulis dalam memo yang dirilis Sabtu.

“Karena itu, Joe Biden tidak perlu kembali melakukan perawatan, tetapi kami tetap akan memantau kondisi yang bersangkutan dengan cermat.”


Saat ini, Joe Biden masih menjalani isolasi di Gedung Putih. Biden, pertama kali dites positif COVID-19 pada 21 Juli, kemudian kembali dinyatakan positif pada Sabtu lalu, usai Rabu sebelumnya hasil tes menunjukkan negatif COVID-19. Ia bahkan sempat mengakhiri masa isolasi di Kamis hingga Jumat.

Beberapa orang yang telah menerima paxlovid disebut kerap mendapat infeksi COVID-19 rebound, terjadi setelah beberapa hari dinyatakan negatif.

Apa itu COVID-19 rebound?

Mei lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merilis panduan COVID-19 rebound. COVID-19 rebound diartikan sebagai gejala yang berulang atau kembali dinyatakan positif COVID-19 setelah sebelumnya tidak ada virus yang terdeteksi alias negatif.

Rebound COVID-19 umumnya dilaporkan pada hari kedua hingga ke-delapan setelah pasien dinyatakan pulih. Gejala di masa rebound COVID-19 relatif ringan pada mereka yang sudah menyelesaikan pengobatan paxlovid.

“Berdasarkan informasi dari laporan kasus, rebound COVID-19 tidak mewakili infeksi ulang dengan SARS-CoV-2 atau perkembangan resistensi terhadap paxlovid,” tambah panduan itu.

CDC juga melaporkan bahwa selama uji klinis Paxlovid, sebagian kecil kasus rebound ditemukan pada mereka yang diberikan obat dan orang yang menggunakan plasebo, yang berarti rebound tampaknya tidak semata-mata disebabkan oleh antivirus.

“Tidak ada peningkatan kejadian rawat inap atau kematian, dan tidak ada bukti bahwa peningkatan RNA virus yang terdeteksi adalah hasil dari resistensi SARS-CoV-2 terhadap Paxlovid,” tambah laporan itu.

Meskipun kasus rebound COVID-19 jarang dilaporkan, beberapa ahli medis memperkirakan jumlah pasien yang mengalaminya lebih banyak daripada yang diperkirakan. Dilansir Washington Post, Catherine Bennett, seorang profesor epidemiologi di Deakin University di Australia, mengatakan kasus rebound terjadi pada sekitar 10 persen orang yang telah menerima perawatan Paxlovid.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu di Clinical Infectious Diseases, para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas California San Diego menemukan kasus rebound pada pengguna Paxlovid tampaknya disebabkan oleh paparan obat yang tidak mencukupi, yang berarti bahwa dosis yang lebih tinggi dibutuhkan, atau durasi pengobatan yang lebih juga dapat diperlukan. Meski begitu, temuan ini masih menunggu penelitian lebih lanjut.


Terima kasih telah membaca artikel

Apa Itu ‘Rebound’ COVID? Dialami Joe Biden 2 Hari Usai Sembuh dari Corona