Posting Kumpul-kumpul ‘Perpisahan’ Jelang PSBB, Tandanya Kurang Empati?

Jakarta

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan memperketat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mulai 14 September. Jelang akhir pekan, media sosial diramaikan wacana ‘kumpul-kumpul penutupan sebelum PSBB’. Walah!

Bukan tanpa alasan jika PSBB di DKI kembali diperketat. Angka penularan masih sangat tinggi dan diperkirakan kapasitas ruang isolasi dan ICU hanya bisa bertahan dalam hitungan pekan jika tidak ada langkah antisipasi.

Kumpul-kumpul jelas akan meningkatkan risiko penularan, sehingga harus dihindari. Meski PSBB total baru akan diterapkan mulai 14 September, bukan berarti akhir pekan nanti boleh mengadakan kumpul-kumpul perpisahan.

Apalagi, setelah kumpul-kumpul lalu memamerkannya di media sosial. Psikolog dan konselor Nuzulia Rahma Tristinarum mengingatkan bahwa posting foto atau video kumpul-kumpul bisa berdampak pada psikologis orang lain yang melihatnya.

“Postingan cerita atau foto foto yang muncul di media sosial sifatnya sama seperti informasi, sama seperti iklan. Jika dilakukan berulang dan sering maka akan dapat mengubah persepsi seseorang dan mempengaruhi keputusannya dalam berperilaku, misalnya membeli atau mengikuti apa yang disampaikan,” jelas Rahma.

Terlebih, sudah lebih dari 100 dokter gugur di garda terdepan penanganan COVID-19. Belum termasuk tenaga kesehatan lainnya, seperti perawat. Menurut Rahma, empati bagi para ‘pejuang’ di garis depan harus ditunjukkan dengan tidak kumpul-kumpul dulu.

“Berempatilah pada beberapa nakes yang sedang berjuang, yang bahkan bisa jadi sedang berjuang demi salah satu anggota keluarga kita. Salah satu ciri manusia masih menjadi manusia adalah jika masih memiliki hati dan empati,” pesan Rahma.


Terima kasih telah membaca artikel

Posting Kumpul-kumpul ‘Perpisahan’ Jelang PSBB, Tandanya Kurang Empati?