Pakar Kaget COVID-19 Varian Delta Tiba-tiba ‘Menghilang’ dari Jepang

Jakarta

Kasus virus Corona di Jepang saat ini mengalami penurunan kasus positif yang sangat signifikan dibandingkan dengan tiga bulan lalu. Kini, kasus infeksi Corona di Jepang hanya 140 kasus per harinya.

Padahal, pada Agustus lalu, Jepang menghadapi situasi genting dengan adanya penambahan kasus COVID-19 yang mencapai 23.000 kasus.

Berkurangnya kasus varian Delta secara drastis dan tiba-tiba membuat para ahli di Jepang kebingungan dan bertanya-tanya. Ahli pun menduga bahwa varian delta tersebut mengalami kegagalan mutasi sehingga sel tersebut menghancurkan dirinya sendiri.

Dikutip dari laman Metro, para peneliti di Institut Genetika Nasional Jepang percaya inilah yang terjadi setelah melihat enzim yang disebut nsp14. Tujuan enzim ini adalah untuk memperbaiki kesalahan yang disebabkan oleh replikasi.

Ituro Inoue, seorang profesor genetika di institut tersebut, mengatakan varian Delta tidak dapat terus menyebarkan dan memperbaiki kesalahan yang menumpuk pada saat yang bersamaan.

“Kami benar-benar terkejut melihat temuan itu,” kata Prof Inoue.

Varian Delta di Jepang sangat mudah menular dan membuat varian lain tidak masuk. Tetapi ketika mutasi menumpuk, kami percaya itu akhirnya menjadi virus yang salah dan tidak dapat membuat mutasi dirinya sendiri.

“Mengingat bahwa kasusnya belum meningkat, kami berpikir bahwa pada titik tertentu selama mutasi semacam itu, ia langsung menuju kepunahan alaminya,” tambahnya

Yang lain berpendapat bahwa program vaksinasi Jepang adalah untuk berterima kasih atas penurunan dramatis dalam kasus.

Lebih dari 75 persen populasi Jepang ditusuk ganda dan masker wajah biasanya dipakai di lingkungan publik di negara itu.


Terima kasih telah membaca artikel

Pakar Kaget COVID-19 Varian Delta Tiba-tiba ‘Menghilang’ dari Jepang