Muncul Subvarian Omicron Baru EU.1.1 di Eropa, Sudah Ada di RI? Ini Kata Kemenkes

Daftar Isi
Jakarta –
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) tengah melacak COVID-19 subvarian Omicron baru EU.1.1. ‘Cicit’ Omicron ini dilaporkan memicu kenaikan kasus yang signifikan di beberapa negara Eropa, termasuk Amerika Serikat. Para peneliti menyebut Omicron EU.1.1 ini lebih menular dibandingkan subvarian lainnya.
Meski diklaim lebih menular, seorang peneliti dari University of Missouri School of Medicine di Columbia, Marc Johnson, PhD, mengatakan sejauh ini subvarian Omicron EU.1.1 belum diketahui lebih lanjut apakah bakal menjadi ancaman untuk dunia atau tidak.
“Saya pikir kita akan melihat banyak hal ini terjadi, di mana Anda akan melihat beberapa subvarian yang meningkat secara proporsional dan kemudian menghilang dan yang baru muncul dan menghilang,” tuturnya.
Sudah Masuk RI?
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan sampai saat ini belum ditemukan subvarian Omicron tersebut di Indonesia.
Apabila nantinya subvarian tersebut ditemukan, ia mengatakan Indonesia kemungkinan tak lagi menerapkan status kedaruratan COVID-19 secara nasional. Hal ini dikarenakan lantaran warga Indonesia sudah memiliki sistem DNA kekebalan yang cukup.
“Nggak,” jawab Nadia saat ditanya apakah Indonesia kemungkinan akan menerapkan status kedaruratan lagi jika subvarian Omicron baru memicu kenaikan kasus, dihubungi detikcom, Minggu (2/7/2023).
“Kita kan sudah memiliki sistem DNA kekebalan yang cukup, sehingga kalau ada varian baru sudah bisa diantisipasi,” tuturnya lagi.
Sebelumnya, CDC memperkirakan bahwa EU.1.1 sudah menyumbang sekitar 1,7 persen dari kasus AS secara nasional. Juga, mungkin telah mencapai sebanyak 8,7 persen kasus beberapa wilayah, seperti Colorado, Montana, Dakota Utara, Dakota Selatan, Utah, dan Wyoming.
Muncul Subvarian Omicron Baru EU.1.1 di Eropa, Sudah Ada di RI? Ini Kata Kemenkes



