Miris, Bocah SD Tewas di Tangan Orangtua Gara-gara Susah Belajar Online

Lebak

Gegara susah belajar online, seorang bocah perempuan yang masih duduk di kelas 1 SD dianiaya ibunya LH (26) hingga tewas. Dibantu oleh suaminya IS (27) yang tak lain ayah sang bocah, mayat korban dikubur tak layak di sebuah pemakaman umum di Kabupaten Lebak, Banten.

Korban dianiaya di rumah kontrakannya di Kota Tanggerang pada 26 Agustus lalu, sekitar pukul 09.00 WIB.

Kala itu, korban sedang mengikuti pembelajaran online, namun karena korban tidak serius mengikutinya membuat ibunya LH kesal dan menganiaya korban.

Kasat Reskrim Polres Lebak AKP David Adhi Kusuma mengatakan, berdasarkan pengakuan pelaku kepada polisi, penganiayaan dilakukan menggunakan tangan kosong dan gagang sapu. Korban sempat didorong sampai tersungkur di lantai dan membuatnya pingsan.

“Ketika diangkat didudukkan lalu si korban ini merasa lemas dan sesak nafas, si ibu merasa si korban ini main-main, ditambah pukulan tiga kali ke arah belakang kepala,” katanya kepada detikcom di Polres Lebak, Senin (14/9) lalu.

Sebetulnya, anaknya itu masih bernafas usai mendapat serangkaian tindakan kekerasan. Suami pelaku IS sendiri sempat akan melaporkan hal ini ke pihak kepolisian begitu pulang melihat kejadian itu. Ia marah-marah ke LH melihat anaknya terkulai lemas tidak berdaya. Saat itu ia sempat membawa anaknya keluar rumah untuk menghirup udara segar.

“Menurut keterangan dari pelaku bapaknya ini bahwa dia sempat marah. Kenapa kamu tega melakukan ini. Akhirnya digendong dan mereka inisiatif membawa keluar si anak ini kan dia sesak nafas namun dibawa ke RS di perjalanan meninggal,” ujarnya.

Dari situ, suami istri ini malah membawa jenazah ke Cijaku, Lebak menggunakan motor. Mereka pun membawa saudara kembar korban berboncengan dan menguburkannya pada hari menjelang petang.

Agar aksi mereka tidak dicurigai oleh warga, IS kemudian meminjam cangkul milik warga dengan alasan untuk menguburkan kucing. “Dia bilang mau ngubur kucing, dia kembaliin lagi (cangkul),” paparnya.

Terungkapnya kasus pembunuhan ini berawal dari kecurigaan warga terhadap kuburan misterius di TPU Gunung Kendeng. Warga yang curiga, kemudian menggali dan menemukan jasad di kedalaman setengah meter. Ternyata di sana ada mayat perempuan tanpa identitas lengkap dengan pakaiannya.

Usai membunuh dan menguburkan anaknya sendiri, IS dan LH sempat membuat laporan palsu ke Polsek Setiabudi, Jakarta Selatan. Dalam laporan itu, pasutri bengis ini mengaku kehilangan anak saat bermain.

“Mereka pindah kontrakan (dari Tanggerang ke Jakarta Selatan), anak kembarnya (adik korban) diajak untuk membuat laporan polisi kehilangan,” ucap David.

Laporan itu dibuat pada tanggal 28 Agustus setelah keduanya memakamkan korban anak di TPU Gunung Kendeng. Mereka juga mengajari kembaran korban untuk membuat laporan palsu tersebut.

“Jadi anaknya sempat ditanyakan, anaknya lancar bicara. Pada saat main, terus tiba-tiba kakaknya ini hilang,” kata David.

Hasil autopsi korban, menunjukkan ada bekas luka lebam di bagian kepala. Luka ini diduga akibat hantaman benda tumpul. “Dari hasil autopsi itu kepala kanan dan pada tulang tengkorak luka lebam akibat hantaman benda tumpul,” katanya.

Dari hasil pemeriksaan, polisi juga mengetahui bahwa orang tua tersebut sering melakukan penganiayaan. Penganiayaan khususnya ke korban anak yang meninggal ini. Korban sendiri memiliki adik kembar.

“Betul sering dianiaya. Kami dapati dari dikomen file di hp-nya pelaku. Bahwa memang korban ini ada beberapa foto mengalami lebam di bagian mata dan bibir,” ujar David.

David menambahkan, jika orang tua pelaku mengaku menyesal atas perbuatan yang sudah dilakukanmya kepada korban. “Kondisi pelaku mengakui bahwa dia melakukan dan dia merasa khilaf. Kalau dari pemeriksaan mengaku menyesal,” pungkasnya.

(wip/ern)

Terima kasih telah membaca artikel

Miris, Bocah SD Tewas di Tangan Orangtua Gara-gara Susah Belajar Online