Mampukah Samsung Mengambil Alih Pasar Image Sensor Dari Tangan Sony?

Jakarta, – Raksasa elektronik Jepang, Sony masih menjadi penguasa pasar sensor gambar (image sensor) smartphone pada paruh pertama tahun ini. Tercatat, Sony menggamit market share sebesar 44%. Posisi kedua dan ketiga tidak berubah seperti tahun lalu. Masih ditempati Samsung Electronics dan OmniVision Technologies.

Pasar sensor gambar smartphone global yang dipimpin oleh Sony mencapai total pendapatan $ 6,3 miliar pada paruh pertama tahun 2020, menurut laporan oleh firma riset pasar Strategy Analytics. Total pasar sensor gambar smartphone mencatat pertumbuhan pendapatan hingga 15% dari tahun ke tahun pada paruh pertama tahun ini.

Samsung tetap berada di posisi kedua dengan pangsa pendapatan 32%. Sedangkan OmniVision Technologies milik China berada di urutan ketiga dengan 9%.

“Pasar sensor gambar didorong oleh permintaan yang tinggi untuk konfigurasi multi-kamera yang menampilkan sensor gambar 2MP dan 8MP di smartphone dan selanjutnya didorong oleh pengiriman sensor piksel tinggi seperti sensor gambar 64MP dan 108MP pada semester pertama 2020, ” kata Jeffrey Mathews, Analis Senior di Strategy Analytics.

Pertumbuhan pasar sensor gambar diperlambat oleh dampak pandemi pada pasar smartphone secara keseluruhan. Namun, momentum yang dipicu sensor piksel tinggi dan penggunaan beberapa kamera di smartphone diharapkan dapat membentuk jalur pertumbuhan yang kuat untuk pasar sensor gambar di semester kedua 2020.

Meski masih menjadi jawara, Sony patut mencermati agresifitas Samsung. Pasalnya, pangsa pasar chaebol Korea itu terus meningkat setiap tahunnya. Menurut peneliti pasar OMDIA, kesenjangan pangsa pasar global dalam sensor gambar CMOS antara Sony dan Samsung telah menyempit secara signifikan pada tahun ini.

Tengok saja pangsa pasar global Sony mencapai 56,2% pada kuartal ketiga 2019, namun turun menjadi sekitar 42,5% pada kuartal kedua 2020. Pada periode yang sama, pangsa pasar Samsung naik menjadi 21,7% dari sebelumnya 16,7%. Pencapaian itu mempersempit kesenjangan dengan Sony menjadi 20,8 poin persentase dari sebelumnya 39,5 poin persentase.

Sensor CMOS (komplementer metal-oksida-semikonduktor), juga dikenal sebagai sensor piksel aktif, adalah chip elektronik yang mengubah foton menjadi elektron untuk pemrosesan digital. Sensor CMOS membuat gambar dalam berbagai jenis kamera digital. Sensor gambar memiliki berbagai aplikasi seperti deteksi kesalahan, hiburan, aplikasi medis, dan lain-lain.

Meningkatnya permintaan untuk solusi pencitraan yang lebih baik dan peningkatan penetrasi sensor gambar mendorong pasar sensor gambar secara keseluruhan, dengan aplikasi utamanya menyebar ke area lain, termasuk ponsel cerdas, mobil tanpa pengemudi, dan pabrik pintar.

Analis menghubungkan kemajuan Samsung di pasar sensor gambar dengan peningkatan pengiriman produk kelas atas dan basis klien yang berkembang seperti perusahaan elektronik China, Xiaomi.

Hanya dalam lima tahun, Xiaomi mampu menjadi pemain utama. Bahkan di India, vendor yang didirikan oleh Lei Jun itu, sudah nangkring di posisi nomor satu. Pencapaian itu pada akhirnya mendorong peningkatan produksi smartphone besutan Xiaomi, sehingga menguntungkan Samsung sebagai pemasok sensor gambar.

“Sensor gambar adalah salah satu dari tiga produk utama Samsung dalam lini produk chip sistemnya yang dapat menjadi nomor satu di dunia,” kata Inyup Kang, Kepala System LSI Business & President Samsung.

Vendor China

Mampukah Samsung Mengambil Alih Pasar Image Sensor Dari Tangan Sony?

Samsung, pembuat chip memori terbesar di dunia, memulai produksi massal sensor gambar pada 2002, dengan memanfaatkan teknologi pembuatan chip terbaiknya. Perusahaan menerapkan strategi dua jalur untuk mengembangkan teknologi di depan para pesaing dan memperluas pangsa pasarnya dengan meningkatkan daya saing harga.

Perusahaan mempercepat langkahnya untuk mengambil kendali pasar sensor gambar seluler di mana ia memiliki keuntungan untuk menempati posisi pertama dalam semikonduktor sistem.

Pada November tahun lalu, raksasa elektronik yang berbasis di Seoul itu, merilis ISOCELL Bright HMX 108 megapiksel, sensor gambar selular pertama di industri yang melebihi 100 juta piksel. Inovasi itu mengungguli Sony yang baru menampilkan sensor gambar 64 juta piksel pada produk-produk unggulannya.

“Model HMX terang ISOCELL Samsung adalah produk bernilai tinggi dengan kualitas bagus yang menghasilkan banyak uang,” kata seorang pejabat industri semikonduktor lokal.

Samsung memasok produk tersebut ke perusahaan China seperti Xiaomi, OPPO, Vivo dan Motorola, anak perusahaan Lenovo.

Penyebaran global virus corona (Covid-19) juga memainkan peran dalam peningkatan pangsa pasar Samsung. Pasalnya banyak perusahaan elektronik konsumen AS menunda peluncuran produk baru, padahal mereka menggunakan sensor gambar Sony. Di sisi lain, klien utama Samsung di China, justru meningkatkan volume pesanan, seiring dengan kembali pulihnya kondisi ekonomi negara itu dari wabah corona.

Beberapa perusahaan telah membawa sensor gambar mutakhir ke pasar baru-baru ini, termasuk Toshiba dan SK Hynix, di tengah meningkatnya permintaan untuk solusi pencitraan yang lebih baik.

SK Hynix meluncurkan sensor gambar CMOS baru dengan merek “Black Pearl”, yang menargetkan pasar kelas menengah tahun lalu. Pangsa pasarnya naik dari sekitar 2% pada 2019 menjadi 3,4% pada kuartal kedua tahun ini.

Samsung berencana untuk fokus pada produk kelas atas demi meningkatkan pangsa pasarnya karena pasar global sensor gambar resolusi tinggi diperkirakan naik pada tingkat tahunan rata-rata sebesar 87% hingga 2024.

Mampukah Samsung Mengambil Alih Pasar Image Sensor Dari Tangan Sony?

Samsung terus berupaya mempertajam daya saingnya dalam hal performa, sekaligus berfokus pada pengembangan teknologi baru. Pada September 2020, raksasa teknologi Korea itu mengumumkan bahwa mereka mengembangkan sensor gambar seluler 0,7-μm ultra-kompak pertama di industri dan akan memulai produksi massal dalam tahun ini. Samsung diharapkan memamerkan kehebatan teknologinya di tengah persaingan yang ketat, kata para ahli.

Di sisi lain, Sony tak ingin posisi puncak yang telah mereka kuasai selama ini lepas ke tangan vendor lain. Untuk menahan agresifitas Samsung, Sony saat ini sedang membangun lini produksi sensor gambar senilai 100 miliar yen di Prefektur Nagasaki. Investasi jumbo tersebut bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar global kembali naik menjadi 60% pada 2025. Sony berharap pengerjaan fasilitas baru itu dapat tuntas pada 2021.

Menurut peneliti pasar TSR, pasar sensor gambar CMOS diharapkan tumbuh menjadi 32,2 triliun won ($ 27 miliar) pada tahun 2024 dari 22,7 triliun won ($ 19,7 miliar) tahun ini. Dengan potensi revenue yang terus meningkat setiap tahunnya, bisa dipastikan pertarungan antara Sony dan Samsung akan menjadi sangat ketat. Apakah Sony bakal terjungkal? Waktu yang akan menjawabnya.

Terima kasih telah membaca artikel

Mampukah Samsung Mengambil Alih Pasar Image Sensor Dari Tangan Sony?