Limbah Semen Proyek Kereta Cepat Cemari 182 Hektare Sawah di Bandung Barat

Bandung Barat

Sedikitnya ada 182 hektare lahan persawahan di Desa Puteran, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, yang tercemar limbah semen proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).

Limbah proyek tersebut diketahui berasal dari proyek pembuatan tunnel 6.3 yang mencemari aliran Sungai Cileuleuy sebagai sumber utama pengairan lahan sawah milik warga di lima kampung yakni Kampung Sukamulya, Sukamanah, Sukaresmi, Patrol, dan Tegalmandor.

“Yang tercemar sekitar 182 hektare. Kita belum tahu dampak buruk terhadap tanaman padinya, karena pada saat tercemar padi dalam kondisi sebentar lagi panen,” ucap Ketua Gabungan Kelompok Tanin(Gapoktan) Desa Puteran Ayi Jamaludin, Rabu (2/9/2020).

Ayi mengatakan beberapa hari yang lalu di tanah lahan sawah masih tersisa endapan cairan semen. Namun saat ini aliran air dari Sungai Cileuleuy mulai membaik dan menyapu sisa endapan.

“Kalau sebelumnya memang sangat terlihat keruh, bahkan di tanah sawah itu ada sisa endapannya. Kemarin mulai jernih lagi, tapi tetap saja lahan kita sudah tercemar dan bisa mengganggu pertumbuhan padi,” jelasnya.

Petani penggarap sawah yang tercemar pun sering mengeluhkan gatal-gatal terutama saat kondisi aliran air untuk sawah masih tercemar berat.

“Airnya berwarna abu-abu seperti mengandung semen. Dampaknya, lahan kita cepat kering dan retak-retak mungkin karena ada semennya, terus petani juga sering mengeluh gatal-gatal setelah menggarap lahan,” bebernya.

Ayi dan warga lainnya yang terdampak sempat mengajukan protes. Mereka kemudian bertemu pihak PT CREC sebagai subkontraktor dari PT KCIC. Dalam pertemuan tersebut, pelaksana proyek disebut siap bertanggungjawab.

“Kemarin kita sudah tatap muka dengan pihak PT CREC. Mereka janji mau membuatkan saluran pipa memperbaiki pengolahan limbah. Kita lihat saja nanti apakah dilakukan atau tidak,” ucapnya.

Sementara itu Kepala Desa Puteran Yandi Hadiyana mengakui ada lahan persawahan warga yang tercemar oleh limbah dari proyek kereta cepat. Namun menurutnya ada perbedaan luas lahan sawah yang terdampak.

“Betul ada lahan pertanian yang tercemar. Tapi ada kesimpangsiuran data antara Gapoktan dengan pihak desa. Data yang kita pegang berdasar sidak ke lapangan tidak sebesar itu, sekitar 72 sampai 75 hektare,” ucapnya.

Selain keluhan pencemaran limbah ke lahan sawah, dirinya juga mendapatkan laporan terkait warga yang mengeluh gatal-gatal setelah mandi menggunakan air Sungai Cileuleuy.

“Selain keluhan pencemaran sawah, warga yang menggunakan air Sungai Cileuleuy juga mengeluhkan gatal-gatal. Ada sekitar 3 RW yang lapor ke kita. Memang Sungai Cileuleuy itu selain sebagai sumber air pertanian juga sering dipakai warga untuk mandi dan mencuci,” ujarnya.

(mso/mso)

Terima kasih telah membaca artikel

Limbah Semen Proyek Kereta Cepat Cemari 182 Hektare Sawah di Bandung Barat