Kemenkes Tanggapi Heboh Pasien Pilih ke Penang dibanding Operasi Lutut di RI

Jakarta

Ramai lagi curahan hati para warganet yang membandingkan pengobatan di Tanah Air dengan negara tetangga, Malaysia. Banyak yang merasa lebih ‘untung’ saat berobat ke Malaysia, dengan alasan harga lebih murah dan tindakan medis yang tidak terlalu banyak.

“Kalau mau dibilang, rumah sakit di Penang tuh selalu kasih kepastian yang jelas dan nggak ngambang untuk diagnosa penyakit. Kalau di negara wakanda kan gimana caranya untung sebanyak-banyaknya untuk memperkaya perusahaan farmasi,” klaim salah satu netizen, seperti dilihat detikcom Selasa (30/5/2023).

Adapula beberapa warganet yang membagikan pengalamannya selama berobat di luar negeri. Konon, peluang kesembuhannya relatif lebih tinggi dan lebih cepat.


“Mamakku dulu sampai operasi bolak-balik dokter ganti obat, baca buku sampai kasih saran pakai gula pasir ke infeksi tumit kaki mamak nggak juga sembuh. Obatnya mahal pula, 3 kali seminggu ke RS ganti perban, akhirnya ke Penang cuma dikasih salep harga 75 ribu sembuh dalam sebulan,” timpal netizen lainnya.

Teranyar, pengobatan di Penang juga dikaitkan dengan minim tindakan yang disebut-sebut malah menguntungkan pasien meski harus berobat jalan ke luar negeri dengan mengeluarkan biaya akomodasi.

“Baru denger cerita pengalaman pasien yang divonis 15 dokter harus ganti tempurung lutut (kurang lebih 150 juta), ambil second opinion ke Penang, ga perlu operasi, total biaya pengobatan kurang lebih 50 jt sudah sama PP,” terang salah satu akun di Twitter.

Kemenkes Buka Suara

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menyayangkan anggapan demikian. Pasalnya, secara kualitas, dokter di Indonesia tak kalah dengan luar negeri.

Faktanya memang, setiap tahun total anggaran belanja warga negara Indonesia untuk pengobatan ke luar negeri mencapai 1,60 triliun rupiah. Hal ini juga sempat disinggung Presiden RI Joko Widodo saat merasa heran lebih dari dua juta warga setiap tahun memilih berobat ke luar Indonesia.

“Sementara kalau kita lihat memang kompetensi dan kemampuan, sarana serta prasarana, kita sama baiknya,” tegas dr Nadia, saat dihubungi detikcom Selasa (30/5).

Meski begitu, pemerintah saat ini terus mengupayakan perbaikan layanan kesehatan agar seluruhnya bisa memiliki standar internasional. Beberapa fasilitas kesehatan ternama di beberapa negara maju, juga dijadikan acuan.

“Bekerja sama dengan fasilitas kesehatan internasional yang ternama, yang merupakan pusat rujukan global seperti Mayo Clinic, Cleveland, dan seterusnya.”

Kerja sama yang dilakukan berupa transfer knowledge dan pendekatan layanan kepada masyarakat umum.

“Ini adalah untuk semakin memperkuat layanan fasilitas kesehatan dan SDM nakes kita,” pungkasnya.

Terima kasih telah membaca artikel

Kemenkes Tanggapi Heboh Pasien Pilih ke Penang dibanding Operasi Lutut di RI