Kehadiran Sub Brand Tidak Jadi Kanibal Perusahaan Induk

Jakarta, – Pandemi yang berkepanjangan hingga tahun 2021 ini nampaknya tidak terlalu mempengaruhi pasar smartphone di Indonesia. Justru pembelian smartphone oleh masyarakat Indonesia semakin meningkat selama wabah pandemi di tahun 2021 ini.

Mengingat masyarakat di Indonesia menggunakan smartphone untuk melakukan beragam aktivitas secara online, seperti bekerja dan belajar di rumah. Apalagi di pasar Indonesia saat ini hadir beragam smartphone dengan berbagai fitur yang dapat menunjang kegiatan belajar dan bekerja di rumah.

Laporan Canalys selama kuartal satu (Q1) menyebutkan, Oppo berhasil memuncaki posisi teratas dalam Indonesia Top 5 Smartphone Vendors Q1 2021 dengan unit share tertinggi sebesar 24%. Berikutnya di posisi runner-up diraih oleh Samsung dengan unit share 19%. Kemudian di posisi ketiga ditempati oleh Vivo dengan unit share 19%.

Di urutan keempat disinggahi oleh Xiaomi dengan 18%. Terakhir, di posisi kelima diduduki oleh Realme dengan unit share 12%.

Berdasarkan laporan Canalys terbaru selama kuartal dua (Q2) 2021, Xiaomi berhasil melejit ke posisi puncak dalam Indonesia Top 5 Smartphone Vendors Q2 2021 dengan unit share sebesar 28%. Sayangnya, Oppo harus turun ke posisi runner-up selama Q2 2021 dengan penurunan unit share berjumlah sebesar 20%.

Baca juga: Top 5 Vendor Smartphone di Indonesia Q2-2021

Di urutan ketiga ditempati oleh Samsung dengan unit share 18%. Selanjutnya di posisi keempat ada Realme dengan unit share 12%. Kemudian Vivo juga harus merosot ke posisi kelima selama Q2 2021 dengan unit share 12%.

Selanjutnya, data IDC terbaru menyebutkan peringkat lima besar merek smartphone di Indonesia untuk kuartal kedua 2021 secara berturut-turut dengan market share masing-masing dalam Indonesia Top 5 Smartphones Companies 2021Q2 adalah Xiaomi (27%), Oppo (19%), Vivo (17%), Samsung (16%), dan Realme (12%). Sebelumnya, laporan IDC bertajuk Indonesia Top 5 Smartphones Companies 2021Q1 menunjukan peringkat dan market share vendor smartphone di Indonesia diantaranya Oppo (24%), Samsung (19%), Vivo (19%), Xiaomi (18%) dan Realme (12%).

Para pengamat gadget pun sepakat dengan laporan dari Canalys dan IDC tersebut bahwa bisnis smartphone tanah air masih sehat. Salah satu pengamat gadget sekaligus pendiri Gadtotrade, Lucky Sebastian memberikan pandangan seputar pasar smartphone tanah air dalam acara Bincang Eksekutif bertema ‘Saling Salip Vendor Smartphone di Pasar Domestik’ yang disiarkan secara langsung di Instagram Selular, hari ini, Rabu (15/9/2021). Selama acara Bicang Eksekutif terus dipandu oleh Uday Rayana, selaku Editor in Chief Selular.

“Pasar smartphone Indonesia sampai saat ini dinamis atau berubah-ubah. Banyak brand smartphone silih berganti menjadi pemimpin pasar smartphone berdasarkan peringkat lembaga riset dan penjualan produk mereka,” ujar Lucky Sebastian dalam acara Bincang Eksekutif bertema ‘Saling Salip Vendor Smartphone di Pasar Domestik, Rabu (15/9/2021).

Lucky menyebutkan, kalau dulu vendor smartphone yang menduduki peringkat pertama di lembaga riset seperti IDC dan Canalys, bertahannya lebih lama dalam jangka waktu beberapa tahun. Kalau sekarang hampir setiap kuartal vendor smartphone yang menjadi juara terus berubah.

“Pada kuartal kedua tahun 2021 ini, Xiaomi berhasil menduduki posisi teratas berdasarkan laporan lembaga riset IDC dan Canalys. Sebelumnya di kuartal satu 2021, Oppo yang menjadi juara versi IDC dan Canalys. Sebelumnya, di tahun 2020, Oppo juga menjadi juara berdasarkan data lembaga riset. Di tahun 2019, Vivo menduduki peringkat teringkat versi lembaga riset,” ungkap Lucky.

Menurut Lucky pencapaian vendor smartphone tersebut berkat strategi jitu yang dimiliki masing-masing vendor.

“Strategi marketing, kualitas produk, sepsifikasi, harga, perkuat komunitas fans, Brand Ambassador, sub-brand masih jadi strategi jitu yang dilakukan hampir semua vendor smartphone di Indonesia. Vendor smartphone melatih secara khsusus tim sales seperti SPG dan SPB yang dapat membantu penjualan produk mereka. Ibaratnya seperti pasukan militer yang siap bertempur di medan perang,” tandasnya.

Lebih lanjut, Lucky mengatakan sekarang brand smartphone menggunakan Brand Ambassador yang berasal dari kalangan artis muda.

Baca juga: Sasar Anak Muda, Tri Masih Fokus di Ranah Game

“Sampai saat ini, kebanyakan vendor smartphone masih mengiklankan produk mereka di media massa. Selain itu vendor smartphone juga memperkuat komunitas fans mereka. Harga terjangkau dan spesifikasi andal dalam produk yang ditawarkan brand smartphone terbukti mampu menarik minat masyarakat Indonesia. Jumlah toko retail yang banyak dari vendor smartphone juga masih jadi strategi mereka,” ucapnya.

Selain itu, kehadiran sub brand dari sejumlah vendor smartphone dirasakan Lucky mampu membuat orang penasaran untuk membeli produk mereka.

“Sebab sub brand memiliki segmen masing-masing seperti entry level, mid-end dan flagship. Misalnya Oppo yang memiliki sub brand realme serta Xiaomi yang memiliki sub brand Redmi dan Poco. Sub brand Redmi membidik pasar entry level dan Poco untuk segmen flagship. Begitupun Realme yang mengincar pasar entry level dan menengah. Karena terpisah dan memiliki segmen masing-masing keberadaan sub brand tidak saling kanibal dengan perusahaan induk,” papar Lucky.

Jika strategi tersebut terus dilakukan vendor smartphone, menurut Lucky bisa meningkatkan market share mereka. Apalagi di era pandemi ini, diamati Lucky, masyarakat Indonesia sangat tertarik dengan smartphone yang memiliki spesifikasi andal dan harga murah.

“Xiaomi selama ini mengusung spesifikasi andal dengan harga murah, begitupun realme akhirnya mengikuti jejak Xiaomi. Realme tidak bisa terus bermain di segmen bawah. Realme harus upgrade dari segi teknologi dan spesifikasi dari setiap produk mereka. Namun, kalau upgrade spesifikasi dan teknologi tidak bisa bermain di segmen entry level,” tutup Lucky.

Terima kasih telah membaca artikel

Kehadiran Sub Brand Tidak Jadi Kanibal Perusahaan Induk