IDAI Ungkap Dua Penyebab Kematian Utama pada Anak yang Terinfeksi COVID-19

Jakarta

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis studi tentang kematian COVID-19 pada anak di Indonesia. Mereka mengatakan kasus kematian anak akibat COVID-19 cukup tinggi dan harus menjadi perhatian masyarakat.

Berdasarkan laporan kasus COVID-19 pada anak yang dirawat oleh dokter yang tergabung dalam IDAI dalam periode Maret-Desember 2020, terdapat 37.707 kasus anak terinfeksi COVID-19.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Pediatrics pada 23 September lalu ini juga menyatakan komorbid dan gagal napas adalah penyebab utama kematian anak akibat COVID-19.

Sebagian besar anak yang meninggal dengan COVID-19 memiliki penyakit melanoma malignant (17,3%), diikuti oleh gizi buruk (18,0%) dan penyakit jantung bawaan (9,0%). Ada 62 anak terkonfirmasi COVID-19 yang meninggal tanpa penyakit penyerta.

Dua diagnosis yang paling sering dilaporkan pada kasus COVID-19 adalah gagal napas (54,5%) dan sepsis dan syok septik (23,7%).

“Dalam penelitian kami, kami menemukan bahwa malnutrisi dan keganasan adalah dua dari komorbiditas yang paling umum di antara peserta,” tulis peneliti.

Malnutrisi membuat anak-anak berisiko lebih tinggi terkena infeksi karena kekebalan yang berkurang dibandingkan dengan individu yang sehat. Fokus pada penurunan angka gizi buruk pada masa kanak-kanak menjadi salah satu konsekuensi signifikan dari COVID-19 dan berdampak pada beberapa aspek terkait akses terhadap makanan bergizi.

Dari rentang usia, kematian tertinggi dalam kasus COVID-19 yang dikonfirmasi adalah dari anak-anak usia 10-18 tahun.

“Ini merupakan big data kasus COVID-19 anak pertama di Indonesia. Keterbatasan utama dari penelitian ini adalah bahwa kami tidak dapat memberikan data yang komprehensif dari kasus suspek,” jelas peneliti.


Terima kasih telah membaca artikel

IDAI Ungkap Dua Penyebab Kematian Utama pada Anak yang Terinfeksi COVID-19