Gejala Global Pernikahan Dini Melonjak di Masa Pandemi

Jakarta

Pernikahan di usia dini meningkat selama masa pandemi virus Corona (COVID-19). Melonjaknya pernikahan dini tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di tingkat global pada beberapa negara yang ada di dunia.

Kasus pernikahan anak terbaru di Indonesia yang menjadi pembicaraan terjadi di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sejoli remaja S (15) dan NH (12) merupakan siswa SMP atau tepatnya Madrasah Tsanawiyah, yang dinikahkan lantaran telat pulang dari jalan-jalan.

Kisah sejoli S dan NH berawal dari orang tua NH tidak bisa menerima putrinya pulang terlambat usai seharian pergi dengan S. Pasangan ini tinggal di Desa Pengenjek dan Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.

Kepala Dusun (Kadus) Montong, Desa Pengenjek, Ehsan membenarkan cerita sejoli ini. Kedua sejoli ini pergi berdua pada siang hari dan pulang sekitar pukul 18.30 WITA.

NH sempat diantar pulang ke rumah. Tapi orang tuanya tidak menerima dengan alasan NH akan kembali juga karena keduanya saling mencintai.

“Saya sempat sarankan agar anak ini dipisah dulu karena masih anak di bawah umur dan orang tua NH tetap ngotot. Setelah empat hari saya datangi Kadus asal NH ini dan kadus di sana juga menyampaikan agar nikah di bawah tangan saja,” kata Ehsan pada wartawan, Rabu (16/9/2020).

Karena tak ada titik temu saat itu, Ehsan selaku kadus sempat menghilang dan tidak mengurus lagi. Namun, kakak dari S tiba-tiba pergi ke rumah keluarga mempelai perempuan dan sepakat untuk menikahkan kedua anak itu. Pernikahan S dan NH dilangsungkan pada Sabtu (12/9) kemarin.

S saat dihubungi mengaku NH merupakan cinta pertamanya. Dia mengaku juga pernikahan itu juga didasari keinginannya. S berjanji semaksimal mungkin untuk bisa menafkahi NH, terlebih NH masih kelas II Tsanawiyah. S sudah berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja menjadi penjual sabun keliling.

“Saya keliling di pasar menjual sabun. Saya juga tidak mau dipisahkan dengan istri saya,” ujarnya.

Pernikahan dini di NTB saat pandemi Corona memang cukup banyak terjadi. Pada akhir Agustus lalu, BKKBN mendapat laporan ada 6 pelajar SMP di NTB yang melakukan pernikahan dini.

Awal pernikahan oleh ABG itu berawal dari sekolah daring, yang dilakukan akibat tak ada pembelajaran tatap muka akibat pandemi Corona. Pernikahan dini itu dipicu dari aktivitas chatting yang dilakukan para pelajar selama sekolah secara daring.

“Kemarin juga ada laporan di NTB yang karena daring e-learning dari sekolah, banyak chatting, akhirnya banyak nikah usia sekolah SMP. Kami sudah cek kejadiannya tidak lebih dari 6 anak,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube Kemenko PMK, Selasa (25/8/2020).

Ia mengatakan tim BKKBN telah melakukan tindak lanjut ke lapangan. Selain itu, kata Hasto, BKKBN melakukan konseling terhadap pasangan yang melakukan pernikahan dini.

Hasto mengatakan pihaknya mengimbau bagi pasangan pernikahan dini itu untuk menunda kehamilannya hingga berusia 20 tahun. Hasto mengaku siap bekerja keras menurunkan target stunting hingga 14 persen.

“Kalau sudah terlanjur nikah kita cegah untuk tidak ambil dulu SMP usia 20 tahun. Di masa pandemi kita harus kerja lebih keras seperti anjuran Presiden Jokowi. Besok pagi saya ke NTT karena banyak masalah-masalah capaian-capaian target,” ujarnya.

“Kami siap kerja mulai dari sekarang karena bagi kami ini hanya revitalisasi jadi bukan hal yang baru. Kami harus kerja lebih keras dan kami tindak lanjuti perintah menteri tadi harus dibuat skenario-skenario yang jelas, target-target hitungan ini, kemudian skenario untuk konkretnya seperti apa akan segera kami susun dan menambahkan pada kegiatan eksisting yang sudah kami kerjakan,” t.ambah Hasto.

Terima kasih telah membaca artikel

Gejala Global Pernikahan Dini Melonjak di Masa Pandemi