Delay Pesawat Pembawa Sengsara

Delay Pesawat Pembawa Sengsara

“Saya khawatirnya nggak ada transport lain. Kereta udah nggak ada, travel bandara dari sore juga udah tutup. Mau pesan taksi online takutnya nggak ada yang mau ambil lagi,” kata Yudi.

Kekesalan Yudi makin menjadi-jadi saat mengambil koper di bagian pengambilan bagasi. Ia mendapati koper berukuran 28 inch miliknya penyok dan salah satu roda kopernya hilang. “Mau komplain tapi, kok, rasanya udah nggak ada energi banget, udahlah yang penting balik dulu aja,” ungkap Yudi. Untungnya ada temannya yang bersedia menjemput Yudi. “Satu-satunya keberuntungan saya malam itu, ada teman baik saya yang mau jemput. Saya nggak jadi nginep di bandara.”

Akibat tergiur harga tiket pesawat lebih murah, Serly Joanda dan teman-temannya mengalami delay. Seusai liburan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Serly hendak pulang kembali ke Jakarta menggunakan salah satu maskapai penerbangan. Di antara maskapai lain, memang maskapai yang Serly pilih harganya paling murah. Selisihnya bisa sampai Rp 500 ribu.

“Aku pikir, kan, Rp 500 ribu lumayan, tuh. Apalagi aku jalan-jalan pakai dana pribadi. Kalau ada yang lebih murah kenapa nggak aku ambil. Lumayan buat beli oleh-oleh orang di rumah,” ucapnya.

Pukul 15.35 WITA, pesawat dijadwalkan berangkat. Dua jam sebelumnya Serly sudah tiba di Bandara Internasional El Tari Kupang. Ia sudah siap-siap untuk terbang. Tepat pukul 14.30 WITA, Serly menerima pengumuman jika pesawatnya akan mengalami keterlambatan selama satu jam.

“Masih okey lah cuma satu jam nggak terlalu lama. Jadi kita semua nunggu. Tapi satu jam udah lewat kok belum ada pengumuman kalau pesawatnya bakal terbang,” kata Serly.

Terima kasih telah membaca artikel

Delay Pesawat Pembawa Sengsara