Danau Poso di Sulawesi Tengah, Danau Terbesar Ketiga yang Melegenda

Danau Poso merupakan sebuah danau yang terletak di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Danau ini menjadi danau terdalam sekaligus terbesar ketiga di Indonesia setelah Danau Toba dan Danau Singkarak, dengan panjang sekitar 32 km dan lebar 16 km. Sekitar Danau Poso, ada pemandangan hutan dan perbukitan hijau yang memberikan perasaan tenang dan kesejukan pada mata yang memandangnya.

Pohon-pohon cengkeh yang tumbuh subur di sekeliling Danau Poso akan memberikan aroma wangi yang khas ketika musim berbunga tiba. Tidak hanya indah, perairan danau ini sangat unik. Air di bagian tepiannya berwarna hijau, sedangkan yang berada di bagian tengah memiliki warna biru. Danau ini juga menjadi habitat ikan sidat (sogili) terbesar di dunia.

Terletak di ketinggian 657 mdpl, akses menuju Danau Poso cukup sulit dan panjang. Dari kota Palu membutuhkan waktu tempuh sekitar delapan jam dengan jarak 238 km. Jika dari kota Poso, perjalanan bisa jadi lebih singkat, sekitar 1,5 jam saja. Setiap tahun di tempat ini digelar Festival Danau Poso yang akan menampilkan ragam pagelaran budaya dari Sulawesi Tengah.

Meskipun cukup sulit, tetap banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Danau Poso. Salah satu tempat yang paling menarik dan sering dikunjungi adalah area Watu Ngonggi, berupa kumpulan bebatuan besar yang muncul dari danau dan bisa mengeluarkan bunyi-bunyi ketika dipukul. Selain destinasi wisata, danau ini dikenal akan aneka pusparagam, dan legenda kisah bencana serta asal muasal kemunculan Sulawesi.

Legenda yang Tenggelam di Danau Poso

Masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Poso berasal dari Suku Pamona. Dalam bahasa mereka, Poso memiliki dua makna, poso’o berarti tangguh, serta maposo yang berarti pecah. Bebatuan di danau menjadi asal muasal nama Danau Poso. Berdasarkan legenda, bebatuan tersebut adalah batu-batu yang memecah daratan untuk mengalirkan air dari danau menjadi sungai yang mengalir menuju ke laut.

Dalam kisah lain, dahulu kala ada kampung runtuh kemudian tenggelam ke dalam danau setelah mentertawakan seekor katak dalam sebuah pesta. Kejadian ini diilhami dari peristiwa gempa besar di sesar Poso. Reruntuhan kampung yang tenggelam tersebut masih bisa dijumpai di Tanjung Bancea. Sesekali terlihat sinar seperti lampu dari dalam danau, konon itu berasal dari mata naga yang menjaga Danau Poso dan reruntuhannya.

Danau Poso di Sulawesi Tengah, Danau Terbesar Ketiga yang Melegenda

Nilai Sakral Danau Poso

Danau Poso bukan sekadar bentang alam biasa, keberadaan disakralkan oleh masyarakat setempat. Ada semacam nilai-nilai universal yang berlaku tentang keterkaitan manusia bersama alam. Berdasarkan kepercayaan yang dianut masyarakat, sejak dahulu antara orang Poso dan Danau Poso hidup berdampingan dalam damai. Kebersamaan itu berada di berbagai aspek, seperti pertanian dan bidang sosial lainnya.

Ada tanda alam yang berkaitan dengan masyarakat di Danau Poso. Sebagai contoh, suara burung tengkek menjadi penanda hari baik untuk melakukan perburuan atau memancing. Danau Poso telah memberikan berbagai jenis kehidupan kepada manusia, dan manusia pun harus terus memeliharanya agar tetap lestari sebagai sumber kehidupan. Nilai-nilai harmonis antara manusia dan alam ini yang menjadikan Danau Poso begitu istimewa.

Terima kasih telah membaca artikel

Danau Poso di Sulawesi Tengah, Danau Terbesar Ketiga yang Melegenda