Dampak Perceraian Bagi Kesehatan Fisik Sekaligus Psikologis

Apakah dampak perceraian bagi kesehatan fisik sekaligus psikologis? Pastinya kamu sudah mendengar berita mengenai gugatan cerai yang dilayangkan mantan gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias ‘Ahok’ kepada istrinya Veronica Tan yang tengah viral. Bahkan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara juga sudah membenarkan hal tersebut.

Kabar itu awalnya bermula dari surat cerai yang sempat beredar lewat media sosial beberapa waktu lalu. Sontak hal ini membuat warganet langsung kaget karena pada surat cerai tersebut tertulis nama Ahok dan Veronica Tan. Padahal banyak orang yang melihat selama ini biduk rumah tangga keduanya sangatlah mesra dan serasi. Makanya tidak heran kabar keretakan rumah tangga Ahok serta Veronica membuat heboh warganet.

Tentunya banyak yang menyayangkan kabar tersebut dan berharap perceraian keduanya tidak terjadi. Perceraian selalu dianggap sebagai sesuatu hal yang membawa dampak buruk. Tidak hanya untuk anak-anak yang orang tuanya bercerai, namun juga kesehatan fisik serta psikologis pasangan. Bahkan juga sudah ada sejumlah penelitian yang membuktikan hal tersebut.

Yukz, sekarang mari kita intip apa saja dampak perceraian bagi kesehatan fisik sekaligus psikologis. Hal ini penting sebagai kesadaran bahwa perceraian bisa membawa dampak yang tidak baik sehingga sebisa mungkin harus dihindari.

Inilah dampak perceraian bagi kesehatan fisik

Dampak perceraian bagi kesehatan fisik sekaligus psikologis rupanya sangat berbahaya. Baik pasangan maupun anak-anak korban perceraian bisa mengalami trauma bahkan depresi. Meski kadang perceraian dianggap oleh pasangan yang bercerai sebagai satu-satunya jalan keluar, tapi rupanya dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan.

  1. Fluktuasi berat badan

Perceraian biasanya dikaitkan erat dengan stress dan hal ini dapat mempengaruhi pola makan. Seseorang yang sedang menghadapi perceraian cenderung beralih ke makanan yang berlemak dan manis. Selain itu, kadang mereka jadi kurang memperhatikan pola makan dan jenis makanan apa yang dikonsumsi. Hal ini bisa berdampak pada peningkatan berat badan. Namun, bisa juga sebaliknya dimana pasangan yang bercerai maupun anak-anak korban perceraian menjadi kurang nafsu makan saat menjalani proses perceraian. Akibatnya, berat badan pun menjadi turun alias berkurang. Fluktuasi berat badan adalah dampak perceraian bagi kesehatan fisik seseorang yang mungkin terjadi.

  1. Sindrom metabolik

Masih berhubungan dengan poin di atas, rupanya gangguan atau fluktuasi berat badan khususnya dalam jangka waktu yang lama bisa berakibat terkena sindrom metabolik. Di dalamnya termasuk kolesterol tinggi, hipertensi / tekanan darah tinggi, serta tingkat gula darah tinggi. Selain itu, sindrom metabolik ini juga mencakup kelebihan lemak yang ada di bagian perut atau sering disebut sebagai vixceral fat.

Suatu studi yang dilakukan di Archieves of Internal Medicine mengungkapkan penelitian bahwa wanita yang bercerai lebih rentan terkena sindrom metabolik seperti ini. Tidak hanya dampak perceraian yang bisa mengakibatkan sindrom tersebut, namun pernikahan yang kurang harmonis meski tak bercerai juga dapat beresiko seseorang terkena sindrom metabolik.

  1. Sakit cardiovascular

Cardiovascular erat kaitannya dengan penyakit jantung maupun pembuluh darah. Sebuah penelitian yang tercatat dalam jurnal ‘Journal of Marriage and Family’ mengungkapkan fakta bahwa seorang pria paruh baya lebih beresiko mengalami sakit jantung dan pembuluh darah saat pernikahannya mengalami keretakan. Hal ini dipicu oleh stress yang dialami dapat mengakibatkan sebuah reaksi radang alias inflamasi. Radang/ inflamasi tersebut bisa berdampak pada sistem peredaran darah.

  1. Insomnia

Perceraian yang menimbulkan stress berkepanjangan dapat menimbulkan depresi. Menurut para ahli, depresi yang dialami seseorang dapat mengganggu pola tidur. Menurut National Sleep Foundation, orang-orang dengan riwayat depresi termasuk depresi yang ditimbulkan dari perceraian bisa mengakibatkan insomnia. Pastinya jika orang jadi sulit dan kekurangan tidur, hal itu juga pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan.

  1. Sakit kronis

Lagi-lagi menurut sebuah penelitian yang tercatat pada ‘Journal of Health and Social Behavior’. Berbagai macam penyakit kronis lebih sering ditemukan pada pasangan yang mengalami perceraian bahkan mencapai sekitar 20 persen. Selain itu, dampak perceraian bagi kesehatan fisik juga berkaitan erat dengan mobilitas yang terhambat seperti susah berjalan atau naik turun tangga.

Inilah dampak perceraian bagi kesehatan psikologis

  1. Depresi

Seseorang yang mengalami perceraian, entah bagi pasangan maupun anak-anak rentan mengalami depresi. Di dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal ‘Clinical Psychological Science’ yang terbit di tahun 2013 mengatakan bahwa mereka yang sedang menjalani perceraian beresiko terkena depresi hingga 10 persen. Yang lebih berbahaya lagi adalah mereka yang dulunya memiliki riwayat depresi, rentan terkena gangguan kesehatan psikis ini sampai 60 persen! Dam depresi seperti ini pun juga tidak hanya dialami oleh pasangan yang bercerai, tapi juga oleh anak-anak mereka.

  1. Tingkat kecemasan yang tinggi

Fran Walfish, seorang psikoterapis dari Amerika Serikat, menyebutkan bahwa pasangan yang baru mengalami perceraian cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Meski proses perceraian tersebut berjalan dengan damai. Hal ini diakibatkan rasa was-was akan masa depan selanjutnya setelah tidak bersama pasangan itu lagi. Kecemasan yang berlebihan juga bisa memicu depresi parah.

  1. Adanya rasa trauma

Kegagalan seseorang dalam membina rumah tangga yang harmonis bisa mengakibatkan trauma. Hal ini jadi membuat seseorang takut untuk menjalani biduk rumah tangga lagi pasca bercerai. Perasaan takut dan rasa bersalah menjadi beban bagi orang tersebut untuk membina hubungan baru. Mereka jadi enggan kalau menikah lagi.

Kadang kala memang butuh waktu untuk mengobati dan menghilangkan rasa trauma seperti ini. Orang tersebut harus diyakinkan agar bisa punya kepercayaan diri bahwa kehidupan selanjutnya bisa lebih baik lagi. Kalau trauma semacam ini sangat sulit disembuhkan, maka bisa meminta bantuan dari psikiater.

Baca juga: Tanda dan Penyebab Seseorang Akan Bunuh Diri, Berkaca Dari Kasus Jonghyun SHinee

  1. Merasa sedih dan kesepian

Dampak perceraian bagi anak bisa terjadi setelah orang tua mereka bercerai. Mereka jadi merasa sedih dan kesepian karena kehilangan seseorang yang sebelumnya selalu hadir dan menemani. Rasa sedih dan kesepian seperti ini juga dapat dialami oleh orang tua yang bercerai. Perasaan ditinggal istri atau suami dapat menimbulkan pikiran bahwa mereka sendiri apalagi jika hak asuh anak dibawa oleh salah satu orang.

Itulah beberapa akibat perceraian yang bisa ditimbulkan dan berpengaruh buruk baik bagi kesehatan tubuh maupun mental. Gangguan kesehatan seperti ini janganlah dianggap sepele karena bisa berakibat pada hal yang lebih buruk. Seseorang yang menjadi korban perceraian, entah itu pasangan dan anaknya bisa menjadi susah beradaptasi pada kehidupan yang baru dan berbeda. Hal tersebut dapat berpengaruh buruk bagi mereka.

Sebagai orang tua, sebisa mungkin jangan sampai menjadikan perceraian sebagai satu-satunya solusi dalam masalah rumah tangga. Jika bisa dilakukan mediasi agar perceraian tidak terjadi. Jangan sampai pula ego orang dewasa yang ingin menuntut perceraian akan berakibat fatal bagi perkembangan fisik dan mental sang anak. Orang tua harus mampu mengerti akan dampak perceraian bagi kesehatan fisik sekaligus psikologis di atas.

Terima kasih telah membaca artikel

Dampak Perceraian Bagi Kesehatan Fisik Sekaligus Psikologis