Cerpen: Tak Seindah Angan-Angan Yang Melambung Di Awan

Artikel unik – Perkenalkan nama ku Evan, aku adalah seorang pemuda biasa saja yang lahir dari keluarga sederhana. Dalam cerpen ini, kehidupan ku tidak ada yang terlalu menarik sebenarnya. Rutinitas keseharian yang biasa-biasa saja aku jalani. Aku memiliki beberapa teman yang selalu menemani hari-hari ku.

Aku juga mempunyai seorang kekasih, wanita yang aku cintai dan aku sayangi setulus hati ku. Aku memiliki sebuah pekerjaan, sebuah bisnis kecil-kecilan yang aku rintis bersama teman-teman. Hidup ku sebenarnya terasa indah saat itu. Aku tidak pernah merasa kesepian. Bagai cerpen indah dalam negeri dongeng.

Hari demi hari aku lewati dengan canda tawa. Dikelilingi oleh orang-orang yang aku sayangi. Yang selalu bisa membuat aku tertawa terpingkal-pingkal. Sering kita berkumpul di warung kopi. Tidak ada yang penting yang kita bahas, hanya mengobrol biasa, bahasan ringan, candaan atau gurauan yang ga jelas juga terkadang. Senang sekali rasanya bagai cerpen yang berakhir dengan indah. Tapi justru itu merupakan masa-masa yang indah ternyata. Yang ternyata momen seperti itulah yang tengah aku rindukan saat ini.

Kamu pasti beranjak segera bertanya. Lho, kenapa kamu rindukan?. Apakah masa-masa itu sudah lewat?. Jawab ku adalah: “iya”. Masa-masa itu telah berlalu. Sayangnya cerpen ini bukanlah cerpen yang berakhir dengan indah. Yaaahhh….. kenyataan memang tak seindah angan-angan yang melambung di awan.

Ringkas kata waktu berlalu tahun demi tahun. Ketika teman-teman ku juga mulai sibuk dengan rencana masa depan mereka. Disinilah semuanya bermula. Sebenarnya menurut ku, tidak ada yang salah lho bila memikirkan dan merencanakan tentang masa depan kita. Malah justru bagus jika kita sudah bisa mencoba membangun masa depan yang kita harapkan itu. Karena tidak akan ada masa depan yang indah bila kita tidak memperjuangkannya bukan?.

Akan tetapi, yang menjadi permasalahannya adalah, bagaimana cara mu untuk meraih masa depan tersebut?. Ini yang menjadi permulaan permasalahan yang timbul dalam kisah hidup ku. Seperti yang telah aku ceritakan sebelumnya. Aku ada bisnis kecil-kecilan yang sudah aku rintis beberapa tahun ke belakang bersama teman-teman ku. Kita bertiga. Memulai semuanya dari 0 bersama-sama. Ya itu adalah usaha warung kopi sederhana yang biasa kita jadikan tempat nongkrong kita barengan juga.

Tak di duga, lambat laun, ternyat usaha warung kopi kita tersebut bisa terus berkembang. Hingga akhirnya bisa menjadi sebuah cafe kopi sederhana yang nyaman untuk dijadikan tempat berkumpul ngobrol dan bersenda gurau di akhir pekan. Bukan hanya akhir pekan juga sih sebenarnya. Karena pada kenyataannya ternyata cafe kopi kita ini selalu ramai setiap harinya. Orang-orang yang baru pulang kerja pun menyempatkan mampir untuk duduk-duduk santai terlebih dahulu sambil menyeruput segelas kopi hangat.

Indah sekali kan?. Bak cerpen dongeng kisah si Ibu Peri, bisa membangun kebersamaan dari 0 sampai sukses bersama orang-orang yang kita sayangi. Cerpen yang sempurna sekali rasanya. Tapi ini tidak lama. Ketika rencana-rencana kehidupan pribadi dari masing-masing pribadi mulai mencuat. Kebutuhan untuk pemasukan yang terus meningkat. Keinginan individu yang membutuhkan uang lebih banyak untuk membayar biaya-biaya hidup, pernikahan, cicilan dan lain-lain, menjadi awal perubahan.

Hal itu tidak salah ya menurut ku. Aku pun juga sudah bilang tadi. Yang jadi masalah adalah cara mereka mengambil keputusan dan bertindak menurut ku. Karena ternyata demi mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat untuk kantong mereka, mereka bersekongkol untuk menyingkirkan aku dari posisi pemilik cafe kopi tersebut. Dengan berkurangnya jumlah pemilik, maka otomatis pembagian hasilnya juga bisa menjadi 50:50 kan untuk mereka berdua.

Aku tidak ingin memaparkan bagaimana mereka menyingkirkan ku. Yang jelas, aku sudah berhasil disingkirkan oleh mereka. Aku tidak memiliki apa-apa lagi setelah aku perjuangkan semuanya juga untuk cafe itu. Karena tidak sedikit juga modal dari gaji ku yang aku sumbangkan untuk kelangsungan serta perkembangan usaha tersebut. Dan masuk bagian ini, ini bukan cerpen yang indah lagi.

Cerpen bahagia itu berakhir disini. Tapi belum benar-benar berakhir. Cerpen bahagia ini kembali harus diubah lagi menjadi cerpen malapetaka buat ku. Kenapa?. Karena, wanita yang aku cintai pun akhirnya meninggalkan aku dan memilih laki-laki lain setelah aku kehilangan pekerjaan dan usaha tersebut. Ya, sekarang aku benar-benar di ambang kehancuran perjalanan hidup ku. Aku bangkrut total dan kehilangan segalanya. Bahkan teman-teman ku pun tidak sedikit yang mulai menjauhi aku. Mereka takut bila mau bertemu dengan aku. Takut aku meminjam uang mereka tampaknya, karena mereka tau, aku sedang jatuh.

Padahal jika kamu mau tahu, aku tidak pernah memperlakukan teman atau kekasih ku dengan cara yang buruk. Aku tidak pernah berkelahi dengan teman ku, apalagi kekasih ku. Aku selalu mendukung mereka dan menjaga perasaan mereka. Aku selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang baik bagi mereka. Sampai aku berfikir, apa jangan-jangan aku yang bodoh karena terlalu mementingkan orang lain ketimbang diri ku sendiri?.

Apa gerangan yang membuat khayalan terus menggenang?
Awan mendung menyelimuti bintang sendu
Ombak menderu membasuh pasir riuh
Adakah bulan menatap pilu?

Hidup ku kalut terbawa angin bersambut
Entah apa yang kan terjadi kelak
Diri ku bimbang terus menebak-nebak

Aku… Aku hanya mencoba bertahan…
Dari ganasnya cerita kehidupan
Dari setumpuk jenuhnya permasalahan

Dimana suara sangkakala?
Yang menggema mengisi hati yang gembira?
Seperti waktu dahulu kala…..

Bertahan untuk tetap putih
Bahkan saat hitam telah menggerogoti
Apakah memang inilah kehidupan?
Dimana kebaikan akan disambut kejahatan?

Lantunan syair pun menyeruak dalam batin ku. Seperti berasa betul kalau roda kehidupan itu memang nyata berputar. Sesaat kita diatas, tiba-tiba saja kita bisa jatuh terjerembab. Mengapa semua ini bisa terjadi kepada ku?. Apa Tuhan punya rencana lain dalam kehidupan ku?. Tapi, aku kan juga tidak pernah melakukan kejahatan, aku selalu berusaha menjadi baik. Kenapa aku harus merasakan pengalaman seperti ini?.

Dengan semua kejadian yang menimpaku ini. Sepertinya wajar saja kan bila aku berubah haluan dan mulai juga menjadi bagian dari orang-orang jahat yang berusaha menjatuhkan orang lain?. Karena, bila meruntut pada pengalaman hidup ku ini, buat apa berbaik hati kepada orang lain bila akhirnya aku sendiri yang menjadi hancur?. Tapi,aku memang sudah terbiasa selalu mencoba melihat segala sesuatu dari sisi positifnya.

Aku berfikir, mungkin Tuhan punya maksud yang aku sendiri tidak tau saat ini. Mungkin Tuhan ingin aku merasakan juga yang namanya kepahitan hidup, agar aku lebih kuat lagi nantinya. Dan akhirnya aku juga hanya ingin berpesan kepada mu yang sedang membaca tulisan cerpen tak indah ku ini. Sesulit apapun masalah yang kita hadapi. Sesusah apapun problema yang menerpa kita. Jangan pernah berubah menjadi tidak baik. Tetaplah saja menjadi orang baik, setidaknya inilah yang ingin aku sampaikan ke kalian melalui cerpen membosankan ku kali ini.

Cerpen: Tak Seindah Angan-Angan Yang Melambung Di Awan

Karena, sisi kecil dari pemikiran positif ku adalah, ini seperti ujian kelulusan. Bila kejadian di cerpen ini tidak membuat aku menjadi jahat dan tetap baik, maka artinya aku lulus. Dan menjadi semakin tegar dalam menjalani hari-hari berikutnya. Dan sisi yang lebih luas dari pemikiran positif ku adalah, bila karena terkena perbuatan jahat dan akhirnya kita juga membalas dengan perbuatan jahat. Maka, pertanyaan yang akan muncul selanjutnya adalah, “Sampai kapan rantai pola perbuatan jahat itu akan berhenti?”.

Sampai detik ini, aku bersyukur karena masih bisa bertahan hidup dengan segala perkara tersebut. Dan bersyukur aku belum berubah menjadi jahat. Aku tidak menyimpan dendam. Aku tidak mau menyimpan amarah karena akan hanya menjadi sumber penyakit pikir ku. Aku mendoakan teman ku, juga mantan kekasih ku itu. Semoga mereka bahagia dengan jalan hidupnya.

Dan aku berharap, semoga kita semua kelak bisa menjadi pribadi yang baik. Agar kita bisa menyebarkan lebih banyak kebaikan dan memperpendek rantai perbuatan jahat yang membelenggu hidup maupun pemikiran kita saat ini. Semoga bumi yang kita tempati ini menjadi rumah yang nyaman dan tentram untuk kita diami selamanya. Amin.

Terima kasih telah membaca artikel

Cerpen: Tak Seindah Angan-Angan Yang Melambung Di Awan