Begini Cara Varian Delta ‘Acak-acak’ Singapura yang Sudah 80 Persen Vaksin

Jakarta

COVID-19 di Singapura kembali melonjak. Pada minggu (26/9/2021) kemarin, negara itu melaporkan rekor penambahan kasus Corona dalam sehari, yakni 1.939 kasus.

Lonjakan kasus ini diduga disebabkan oleh virus Corona varian Delta (B1617.2). Meski Singapura telah menerapkan berbagai tindakan pencegahan penularan COVID-19, Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengaku varian Delta ‘tidak mengikuti skenario’ di negaranya.

“Varian ini ditularkan melalui komunitas dan kasus harian meningkat lebih cepat dari yang kami harapkan, sebelum rencana kami diimplementasikan sepenuhnya,” kata Ong dalam konferensi pers, Jumat (24/9/2021), dikutip dari Channel News Asia.

Ong menyebut kejadian ini sebagai risiko yang perlu dihadapi jika ingin hidup berdamai dengan COVID-19. Kini negaranya tengah berupaya untuk mencegah sistem kesehatan agar tidak kewalahan.

“Itulah yang harus dihadapi setiap negara dan jalan ke depan yang tak bisa terhindarkan, jika kita ingin hidup dengan COVID-19 dan ingin kembali hidup normal. Jadi kita perlu mengatasi gelombang penularan ini sebaik dan seaman mungkin,” ucap Ong.

Direktur eksekutif Pusat Nasional Penyakit Menular Singapura (NCID), Profesor Leo Yee Sin, mengatakan varian Delta dapat menyebabkan sakit yang lebih parah pada pasien. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar pasien yang terinfeksi varian Delta menunjukkan angka CT Value lebih rendah.

“Studi menunjukkan kasus Delta cenderung mengalami pneumonia dan lebih banyak kasus varian Delta membutuhkan oksigen atau ICU dan (mengakibatkan) kematian,” ucap Prof Leo.

Berdasarkan data per 25 September 2021, sebanyak 82 persen penduduk Singapura telah divaksinasi secara penuh. Prof Leo mengatakan vaksin COVID-19 dapat memberikan perlindungan yang efektif dalam mencegah virus Corona.

“Umumnya, pasien yang sudah divaksinasi lengkap memiliki gejala yang lebih ringan dan sebagian besar pulih dengan lancar, kecuali jika mereka memiliki penyakit penyerta yang membuat mereka menjadi rentan,” ujarnya.

Sayangnya, berdasarkan penelitian NCID, varian Delta dapat lolos dari antibodi dan menyebabkan infeksi pada beberapa individu yang telah divaksinasi. Meski begitu, kekebalan yang dibuat dari vaksin dapat menahan virus agar tidak bereplikasi dengan cepat.

“Mengingat semua tantangan ini, meski cakupan vaksinasi sudah lebih dari 80 persen, kami melihat kasus terobosan vaksin dan semakin banyak yang membutuhkan oksigen tambahan,” jelas Prof Leo.

Prof Leo mengatakan lonjakan kasus ini mengingatkan kita semua agar tidak berpuas diri dan tidak meremehkan virus. Menurutnya, perlu lebih banyak data yang dikumpulkan untuk mempelajari virus, sehingga kita dapat bergerak dengan hati-hati dan cepat mengendalikan COVID-19.


Terima kasih telah membaca artikel

Begini Cara Varian Delta ‘Acak-acak’ Singapura yang Sudah 80 Persen Vaksin