Bamsoet Sebut Generasi Muda Kunci Penentu Masa Depan Bangsa

Jakarta

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo mengatakan masa depan tidak hadir secara tiba-tiba, melainkan dibentuk, dibangun, dan ditentukan oleh apa yang dilakukan saat ini. Dia pun menekankan masa depan dicapai lewat tahapan pembangunan serta melewati berbagai tantangan kebangsaan dan berproses melalui dinamika zaman.

Hal ini disampaikan Bamsoet saat menghadiri acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Siswa Kelas XII SMA Dea Malela, Pondok Pesantren Modern Dea Malela Sumbawa NTB, di Komplek MPR RI, Jakarta.

“Karenanya MPR RI saat ini sedang menyelesaikan kajian Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) sebagai bintang penunjuk arah pembangunan, yang memastikan pembangunan dilanjutkan secara berkesinambungan dari satu periode pemerintahan ke periode penggantinya. Menggambarkan seperti apa wajah Indonesia dalam 20 hingga 100 tahun ke depan. Sehingga kita bisa mewariskan Indonesia yang maju, adil, dan makmur untuk generasi bangsa selanjutnya,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Selasa (25/1/2022).

Bamsoet menuturkan MPR RI juga senantiasa menggencarkan vaksinasi ideologi menggunakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI untuk memperkuat imunitas bangsa agar memiliki kekebalan dalam menghalau nilai-nilai asing yang mengancam jati diri dan karakter keindonesiaan. Virus ideologi yang merongrong kehidupan generasi muda ini memang tidak mudah didiagnosa, namun pengaruhnya dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

“Misalnya, ternyata tidak sedikit generasi muda yang justru lebih hafal dan menghayati lagu-lagu K-Pop atau lagu-lagu pop Barat, dibandingkan lagu-lagu nasional. Begitu pula dalam gaya hidup, cara berpakaian, bersikap dan bertingkah laku, ada kecenderungan menjadikan budaya asing sebagai kiblat,” ungkapnya.

Dirinya mengingatkan generasi muda agar selektif terhadap budaya atau peradaban asing yang diikuti. Jangan sampai pengaruh budaya luar malah membuat generasi muda bangsa menjadi ‘lost generation’ yang terlepas dari akar budayanya sendiri.

“Kita memang tidak boleh anti terhadap budaya dan peradaban asing, tapi juga harus selektif memilih yang positif. Kita tidak ingin, generasi muda menjadi lost generation, generasi yang linglung, generasi yang tercerabut dari akar budayanya sendiri. Kita juga tidak ingin, kemajuan teknologi dan modernitas peradaban dicapai dengan mengorbankan nilai-nilai luhur, jati diri, dan budaya bangsa,” terangnya.

Bamsoet juga mengaku bangga terhadap konsep pendidikan Pondok Modern Internasional Dea Malela di bawah asuhan KH Din Syamsuddin, yang diselenggarakan dengan mengedepankan tiga nilai keutamaan yang bertumpu pada pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan.

Adapun nilai-nilai tersebut antara lain keunggulan komparatif (beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, dan religius), keunggulan kompetitif (berilmu, kritis, kreatif, inovatif, sehat, mandiri, dan percaya diri), keunggulan dinamik (toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab).

“Hal tersebut sejalan dengan amanat Pasal 31 Ayat (3) konstitusi yang menegaskan bahwa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sistem pendidikan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta akhlak mulia. Tujuan penyelenggaraan pendidikan tidak hanya melahirkan sumberdaya manusia yang cerdas dan terampil. Tetapi juga berkarakter dan berwawasan kebangsaan. Melahirkan generasi yang berhati Indonesia, berjiwa Pancasila,” tandas Bamsoet.

Bamsoet menjelaskan hasil Sensus Penduduk Tahun 2020 yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 270,2 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sebagian besar penduduk Indonesia berada pada kelompok usia pra-produktif dan produktif.

Kelompok tersebut terdiri dari generasi Z usia 9 hingga 24 tahun dengan komposisi sebesar 27,94 persen, serta generasi milenial usia 25 hingga 40 tahun dengan komposisi sebesar 25,87 persen.

“Diperkirakan, dari sekitar 70,72 persen penduduk usia produktif, hampir 69 persen atau sekitar 131,6 juta jiwa adalah sumber daya manusia potensial yang berusia antara 15 hingga 44 tahun. Menunjukkan bahwa saat ini kita telah menapakkan kaki pada periode bonus demografi,” papar Bamsoet.

Bamsoet pun menegaskan generasi muda memegang peran penting sebagai agen perubahan yang akan menentukan seperti apa wajah Indonesia di masa yang akan datang.

“Pada periode ini, generasi muda mempunyai peran penting baik sebagai agen perubahan, kontrol sosial, kekuatan moral, penjaga dan pelestari nilai kebangsaan, maupun generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan nasional. Singkatnya, generasi muda adalah faktor kunci yang akan menentukan seperti apa wajah Indonesia di masa depan,” pungkasnya.

(fhs/ega)

Terima kasih telah membaca artikel

Bamsoet Sebut Generasi Muda Kunci Penentu Masa Depan Bangsa