ADHD

Jakarta – Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau dalam bahasa Indonesia disebut Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) menjadi salah satu kondisi mental yang sering dibahas di media sosial. Sebenarnya kondisi apa sih itu? Simak di bawah ini.

Apa Itu ADHD?

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, ADHD merupakan gangguan psikiatrik yang umum dialami anak-anak dan remaja. Gejala yang tampak meliputi gangguan memfokuskan perhatian secara berlebihan dan hiperaktivitas.

Terdapat tiga kategori atau tipe dari ADHD, yaitu:

1. Dominan sulit fokus

Seperti namanya, orang dengan ADHD jenis ini mengalami kesulitan yang ekstrim untuk fokus, menyelesaikan tugas, dan mengikuti instruksi. Para ahli juga berpendapat bahwa banyak anak dengan tipe ini mungkin tidak menerima diagnosis yang tepat karena cenderung tidak mengganggu pembelajaran.

2. Dominan hiperaktif-impulsif

Orang dengan jenis ADHD ini terutama menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif. Ini dapat mencakup:

  • Gelisah
  • Menyela orang saat mereka sedang berbicara
  • Tidak bisa menunggu giliran

3. Gabungan tipe hiperaktif-impulsif dan sulit fokus

Ini adalah jenis ADHD yang paling umum. Orang dengan tipe gabungan dari ADHD ini menunjukkan gejala lalai dan hiperaktif. Ini termasuk ketidakmampuan untuk fokus, kecenderungan impulsif, dan tingkat aktivitas dan energi di atas rata-rata.

Jenis ADHD yang dimiliki dapat menentukan metode pengobatan. Meski begitu, jenis ADHD yang dimiliki dapat berubah seiring waktu sehingga perawatan juga dapat berubah.

Gejala ADHD

Memutuskan apakah seseorang mengidap ADHD bukan proses yang dapat dilakukan sendiri alias self-diagnose. Rincian gejala berikut ditujukan untuk memberi informasi mengenai gejala ADHD pada umumnya dan bukan untuk melakukan diagnosis tunggal ADHD.

Jika khawatir memiliki ADHD, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan atau spesialis untuk mengetahui apakah gejalanya sesuai dengan diagnosis. Ini dapat dilakukan oleh psikolog atau psikiater.

Faktor Risiko ADHD

Faktor risiko memiliki ADHD mungkin termasuk:

  • Riwayat keluarga dengan ADHD
  • Paparan racun lingkungan, seperti timah yang sering ditemukan di cat dan pipa bangunan tua
  • Penggunaan narkoba, alkohol, atau rokok selama kehamilan
  • Lahir prematur

Komplikasi ADHD

ADHD dapat menghambat hidup pengidapnya, utamanya pada anak. Anak-anak dengan ADHD dapat merasa:

  • Sering bergumul di dalam kelas, yang dapat menyebabkan kegagalan akademik dan penilaian oleh anak-anak lain dan orang dewasa
  • Cenderung mengalami lebih banyak kecelakaan dan cedera daripada anak-anak yang tidak menderita ADHD
  • Cenderung memiliki harga diri yang buruk
  • Lebih cenderung mengalami kesulitan berinteraksi dengan dan diterima oleh teman sebaya dan orang dewasa
  • Berada pada peningkatan risiko penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan serta perilaku nakal lainnya

Diagnosis ADHD

Secara umum, seorang anak tidak boleh menerima diagnosis gangguan defisit perhatian atau ADHD kecuali jika gejala ADHD dimulai sejak dini, yakni sebelum usia 12 tahun, dan menciptakan masalah yang signifikan di rumah dan di sekolah secara berkelanjutan.

Tidak ada tes khusus untuk ADHD, tetapi untuk membuat diagnosis, psikolog atau psikiater mungkin akan melakukan:

  • Pemeriksaan medis, untuk membantu menyingkirkan kemungkinan penyebab gejala lainnya
  • Pengumpulan informasi, seperti masalah medis saat ini, riwayat medis pribadi dan keluarga, dan catatan sekolah
  • Wawancara atau kuesioner untuk anggota keluarga, guru atau orang lain yang mengenal anak dengan baik, seperti pengasuh, babysitter, dan pelatih
  • Kriteria ADHD dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental DSM-5
  • Skala peringkat ADHD untuk membantu mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang anak

Pengobatan ADHD

Perawatan untuk ADHD biasanya mencakup terapi perilaku, pengobatan, atau keduanya. Jenis terapi termasuk psikoterapi atau terapi bicara. Dengan terapi bicara, seseorang akan mendiskusikan bagaimana ADHD mempengaruhi hidup dan cara mengelolanya.

Jenis terapi lain adalah terapi perilaku. Terapi ini dapat membantu seseorang mempelajari cara memantau dan mengelola perilaku.

Obat juga dapat membantu orang dengan ADHD. Obat ini dirancang untuk mempengaruhi bahan kimia otak dengan cara yang memungkinan pengidapnya mengelola impuls dan tindakan mereka dengan lebih baik.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika salah satu atau beberapa gejala yang tercantum terus menerus mengganggu hidup, bicarakan dengan dokter atau psikolog tentang kemungkinan mengidap ADHD.

Berbagai jenis perawatan kesehatan profesional dapat mendiagnosis dan mengawasi pengobatan untuk ADHD. Jangan melakukan self-diagnose atau diagnosis sendiri kecuali sudah dinyatakan memiliki ADHD oleh dokter atau psikolog.

Terima kasih telah membaca artikel

ADHD