Singapura Laporkan Antrean Pasien di IGD Termasuk Kasus Anak, Apa yang Terjadi?

Jakarta –
Sejumlah unit gawat darurat di RS Singapura melaporkan peningkatan pasien. Pasalnya, banyak dari mereka mengantri panjang hingga memenuhi ruang tunggu.
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) menegaskan sebagian besar pasien ternyata sebenarnya tak memerlukan perawatan darurat lantaran memiliki gejala ringan. Depkes setempat menyayangkan hal semacam ini bisa membahayakan pasien lain yang benar-benar membutuhkan perawatan medis darurat.
Depkes Singapura menyarankan masyarakat untuk mencari perawatan medis di unit gawat darurat rumah sakit hanya untuk keadaan darurat yang serius atau mengancam jiwa, seperti nyeri dada, sesak napas dan pendarahan yang tidak terkendali.
“Ini memungkinkan mereka yang sakit parah yang membutuhkan perawatan darurat untuk ditangani dengan cepat. Ini juga membantu menjaga kapasitas rumah sakit kami bagi mereka yang benar-benar membutuhkan perawatan rumah sakit akut,” tambah MOH, dikutip dari Channel News Asia.
Kasus anak
Tak hanya pasien dewasa, keterisian ruang gawat darurat anak-anak juga meningkat dalam dua pekan terakhir. Kunjungan pasien anak menanjak hingga rata-rata lebih dari 650 kasus per hari.
Naik dari angka sebelumnya yakni 450 kasus per hari di awal Januari. Belakangan terungkap, sekitar 80 persen pasien, termasuk mereka yang terinfeksi COVID-19, menunjukkan gejala ringan dan tidak perlu rawat inap. Pada akhirnya mereka dipulangkan setelah mengunjungi unit gawat darurat.
“Di antara pasien anak yang dirawat, sebagian besar tidak tinggal lama di rumah sakit, dan rata-rata dipulangkan dalam dua hingga tiga hari. Proporsi infeksi COVID-19 yang parah dan Multi-system Inflammatory Syndrome pada Anak (MIS-C) tetap rendah, kurang dari satu dari 1.000 kasus anak,” kata Depkes.
“Kami mendesak masyarakat, termasuk anak-anak, untuk mengunjungi dokter umum atau klinik 24 jam untuk non-darurat.”
Singapura Laporkan Antrean Pasien di IGD Termasuk Kasus Anak, Apa yang Terjadi?



