Jakarta –

Varian Omicron dikhawatirkan menular lebih cepat dibanding varian Corona lainnya, termasuk varian Delta yang diyakini memicu lonjakan kasus COVID-19 besar-besaran di RI Juli lalu. Ditambah, varian Omicron diketahui lebih mampu menginfeksi orang-orang yang sudah pernah terinfeksi virus Corona sebelumnya dan sudah menerima dosis lengkap vaksin COVID-19.

Apa penyebabnya?

Ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyebut varian Omicron ‘lahir’ ketika sudah banyak orang menerima vaksin COVID-19 atau terinfeksi virus Corona. Lantaran varian Omicron sudah beradaptasi dengan kondisi tersebut, varian Omicron berpotensi besar mendominasi dan bisa menginfeksi orang-orang yang sudah divaksin atau sudah pernah terkena COVID-19 sebelumnya.

“Untuk yang pernah terkena COVID, kalau sudah dilaksanakan vaksin lengkap pun tetap ada potensi dan kemampuan dia (varian Omicron) reinfeksi ini 3 (tiga) kali namun kalau sudah divaksinasi, gejalanya ringan,” ujarnya dalam diskusi daring, Jumat (24/12/2021).

“Itulah sebabnya Omicron ini mendominasi karena Omicron lahir di tengah orang yang sudah banyak divaksin, terinfeksi, terus divaksin lagi. Ini yang membuat kemana-mana virus ini terbentur ada barrier,” sambung Dicky.

Meski varian Omicron disebut-sebut menimbulkan gejala yang lebih ringan dibanding varian Delta, Dicky mengingatkan, dosis lengkap vaksin COVID-19 dan penerapan protokol kesehatan masih bisa diandalkan untuk menekan risiko infeksi dan gejala akibat varian Omicron.

Menurutnya, kabar perihal gejala ringan tersebut bukanlah satu-satunya pedoman. Yang tak kalah penting, orang yang mengalami gejala wajib membatasi kontak fisik untuk menekan risiko penularan varian Omicron.

“Bagi yang belum divaksin dua dosis lakukan itu terutama bagi orang-orang yang ada di sekitarnya, terdekatnya di rumah, keluarganya atau sekantornya yang belum divaksinasi atau vaksin lengkap segera divaksin termasuk yang berisiko tinggi booster dan selalu menerapkan 5M,” pungkas Dicky.