Jakarta –

Potensi cuaca ekstrem, berupa hujan lebat yang berpotensi banjir, di sejumlah wilayah Indonesia saat ini mengalami peningkatan hingga akhir tahun. Karena itu, Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan penanganan bencana berdasarkan Early Forecast Based Disaster Management atau Penanggulangan Bencana Berbasis Prakiraan Dini.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal PMI Sudirman Said dalam sebuah diskusi. Sudirman mengatakan program Penanggulangan Bencana Berbasis Prakiraan Dini itu bekerja sama dengan BMKG dan BNPP.

“Berdasarkan data-data yang ada akan terlihat apabila di hulu mendung tebal, PMI bisa memperkirakan hujan yang turun akan sederas apa hingga risiko banjir akan seperti apa. Bahkan PMI juga bisa memperkirakan berapa banyak desa bisa terendam maka PMI bisa menyiapkan pengungsian,” kata Sudirman dalam keterangan tertulis, Senin (8/11/2021).

Sudirman mengatakan, pada level desa, PMI juga memiliki Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT). SIBAT itu befungsi untuk membantu protokol PMI terkait bencana bahwa dalam 6 jam relawan harus ada di lapangan untuk mengerjakan dua hal yaitu rescue awal dan assessment.

“SIBAT akan bergerak duluan kemudian melapor pada tingkat Kabupaten Kota berantai ke Provinsi hingga pusat,” ungkapnya.

Siaga Bencana

Sudirman melanjutkan, PMI juga telah menggelar apel siaga dampak bencana dari La Nina di markas pusat PMI di Jakarta beberapa waktu lalu. PMI siap mengerahkan relawan dan seluruh potensi yang ada apabila terjadi bencana dampak La Nina.

“PMI sudah menyiapkan 1.000 lebih armada logistik seperti tangki air, ambulance. Kemudian 236 Unit Donor Darah (UDD) dan 34 markas di seluruh propinsi serta 500 markas Kabupaten Kota juga sudah disiagakan,” ujar Sudirman.

“Meskipun yang namanya bencana penuh kejutan. PMI tetap harus siap dengan segala kemungkinan. Kuncinya adalah koordinasi. Koordinasi baik dengan sipil maupun lembaga,” tutup Sudirman.

(mae/knv)