6 Tata Cara Berhubungan Suami Istri Menurut Islam Sesuai Sunnah

Jakarta

Hubungan suami istri sebetulnya bukan tema pembicaraan yang tabu. Pasangan yang telah menikah wajib tahu cara memperlakukan pasangannya dengan baik.

Islam, dalam Al Quran dan hadist, sebetulnya telah mengatur cara berhubungan suami istri menurut Islam sesuai sunnah. Aturan ini tak mengurangi berkah dan kepuasan saat berhubungan seks pada pasangan.

Berikut enam cara berhubungan suami istri menurut Islam sesuai sunnah:

1. Awali dengan doa

Seperti saat mengawali kegiatan yang lain, berhubungan suami istri juga wajib diawali dengan doa. Bacaan doa memperbaiki niat hubungan seks untuk berkah, kesehatan, dan kepuasangan suami istri

Berikut bacaan doa sebelum berhubungan suami istri

بِاسْمِ اللَّهِ ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

Arab latin: Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa

Artinya: “Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami.”

Bacaan doa terdapat dalam hadist yang diceritakan Ibnu ‘Abbas dan diriwayatkan Bukhari.

2. Selalu menjaga kebersihan

Dikutip dari Al-Islam, pasangan suami istri wajib membersihkan tubuh termasuk organ genitalnya setelah intercourse. Kebersihan menjamin kesehatan dan berkah dari Allah SWT selalu menyertai pasangan suami istri.

Kewajiban mandi junub setelah melakukan hubungan suami istri tercantum dalam Al Quran surat An Nisa ayat 43

ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ lā taqrabuṣ-ṣalāta wa antum sukārā ḥattā ta’lamụ mā taqụlụna wa lā junuban illā ‘ābirī sabīlin ḥattā tagtasilụ, wa ing kuntum marḍā au ‘alā safarin au jā`a aḥadum mingkum minal-gā`iṭi au lāmastumun-nisā`a fa lam tajidụ mā`an fa tayammamụ ṣa’īdan ṭayyiban famsaḥụ biwujụhikum wa aidīkum, innallāha kāna ‘afuwwan gafụrā

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.”

3. Mempertimbangkan kondisi suami istri

Kondisi fisik, psikologis, dan emosi harus menjadi fokus utama sebelum melakukan hubungan suami istri. Suami harus mempertimbangkan uzur sang istri jika tidak bisa melayani kebutuhan seks pasangan.

Pertimbangan kondisi memastikan tidak ada yang tersakiti setelah terjadi hubungan suami istri secara fisik atau mental. Kondisi yang baik memastikan suami istri sama-sama merasa puas dan mendapat berkah.

Dalam hadistnya, Rasulullah SAW telah mengingatkan pentingnya suami berbuat baik pada istri

عَنِ النَّبِيِّ ـ صلى الله عليه وسلم ـ قَالَ ‏ “‏ خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي ‏”‏

Artinya: Rasulullah SAW berkata, “Yang terbaik dari kamu adalah yang terbaik dalam memperlakukan istrinya. Dan aku adalah yang terbaik dari kamu semua untuk istri-istriku.” (HR Ibnu Majah).

4. Awali dengan foreplay

Foreplay ternyata punya posisi yang sangat penting dalam hubungan suami istri menurut Islam. Hal ini telah diingatkan Rasulullah SAW dalam hadisnya yang diceritakan Jabir bin `Abdullah

فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ تَزَوَّجْتَ يَا جَابِرُ ‏”‏‏.‏ فَقُلْتُ نَعَمْ‏.‏ فَقَالَ ‏”‏ بِكْرًا أَمْ ثَيِّبًا ‏”‏‏.‏ قُلْتُ بَلْ ثَيِّبًا‏.‏ قَالَ ‏”‏ فَهَلاَّ جَارِيَةً تُلاَعِبُهَا وَتُلاَعِبُكَ، وَتُضَاحِكُهَا وَتُضَاحِكُكَ ‏”‏‏.‏ قَالَ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ هَلَكَ وَتَرَكَ بَنَاتٍ، وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَجِيئَهُنَّ بِمِثْلِهِنَّ، فَتَزَوَّجْتُ امْرَأَةً تَقُومُ عَلَيْهِنَّ وَتُصْلِحُهُنَّ‏.‏ فَقَالَ ‏”‏ بَارَكَ اللَّهُ لَكَ ‏”‏‏.‏ أَوْ قَالَ خَيْرً

Artinya: Rasulullah SAW mengatakan padaku, “Ya Jabir, apakah kau telah menikah?” Aku menjawab, “Ya,” Rasulullah SAW bertanya, “Apakah engkau menikahi perempuan atau janda?” Aku menjawab, “Seorang janda.” Dia bertanya, “Kenapa tidak perawan sehingga kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu. Engkau bisa menyenangkannya seperti dia menyenangkanmu.” Aku menjawab, “Abdullah (ayahku) wafat dan meninggalkan gadis dan aku tidak suka menikahi mereka, sehingga aku menikahi janda sehingga dia bisa merawat mereka.” Rasulullah SAW lalu berkata, “Semoga Allah memberkatimu,” atau “Itu hal yang baik.” (HR Bukhari).

Dikutip dari Medical News Today, foreplay membantu pasangan merasa rileks dan nyaman. Dengan keuntungan ini, pasangan tak perlu ragu melakukan foreplay sebelum berhubungan seks.

5. Tidak di dubur

Islam membolehkan hubungan suami istri dilakukan dalam berbagai pose asal dengan persetujuan keduanya. Persetujuan memungkinkan pasangan puas, tidak tersakiti, dan mendapat berkah.

Namun Islam melarang melarang suami melakukan hubungan seks dengan istri di bagian dubur. Peringatan ini terdapat dalam hadist yang dinarasikan Abu Hurrairah

مَنْ أَتَى حَائِضًا أَوِ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ‏”

Artinya: “Siapa saja yang melakukan hubungan badan dengan wanita yang sedang datang bulan, di bagian dubur, datang ke peramal dan percaya yang dikatakan, maka sesungguhnya dia tidak percaya pada apa yang diturunkan pada Muhammad.” (HR Ibnu Majah).

Anus biasa disebut rektum atau dubur adalah organ yang digunakan manusia untuk membuang feses hasil sistem pencernaan tubuh.

6. Tidak berhubungan suami istri ketika sedang haid

Wanita memiliki siklus bulanan khas yang kerap disebut menstruasi, haid, atau datang bulan. Selama periode ini, tubuh mengeluarkan sel telur yang tidak dibuahi dari dalam tubuh.

Islam telah mengatur supaya tidak melakukan hubungan suami istri ketika pasangan sedang datang bulan

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏”‏ مَنْ أَتَى حَائِضًا أَوِ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم ‏”

Artinya: “Siapa saya yang melakukan hubungan seksual dengan wanita yang sedang datang bulan atau pada anusnya, berkonsultasi dengan tukang ramah, maka dia tidak percaya pada apa yang diturunkan pada Muhammad SAW.” (HR Tirmidzi).


Terima kasih telah membaca artikel

6 Tata Cara Berhubungan Suami Istri Menurut Islam Sesuai Sunnah